TIMES JATIM, MALANG – Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Komisariat Wilayah Jawa Timur (Jatim) kembali menggelar Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 di Hotel Harris, Malang, Kamis (2/10/2025). Acara yang mengusung tema “The Future Landscape of Geospatial AI-driven for Sustainable Development Goals Technologies” ini dihadiri sekitar 200 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, hingga pemangku kepentingan.

Ketua Umum ISI, Muchammad Masykur mengatakan, FIT ISI tahun ini menghadirkan terobosan baru, tidak hanya menghasilkan prosiding, tetapi juga mendorong publikasi di jurnal ilmiah. 

Bahkan, pada forum ini, lanjut Masykur, menjadi ruang kolaborasi nyata untuk menjawab tantangan geospasial di era kecerdasan buatan (AI), mulai dari peningkatan kapasitas SDM, penguatan infrastruktur, hingga perhatian pada aspek etika dan privasi.

“Inilah saatnya surveyor Indonesia berdiri di garis depan, menghadirkan solusi nyata bagi bangsa dan memberi kontribusi berkelas dunia,” ujar Masykur, Kamis (2/10/2025).

Disisi lain, Rektor ITN Malang, Awan Uji Krismanto, menilai forum ini sebagai ruang strategis untuk mempertemukan dunia akademik dan industri. Menurutnya, peluang AI dalam survei dan pemetaan sangat besar, terutama untuk otomatisasi dan percepatan analisis data spasial. 

“Tapi juga perku diingat, soal tantangan serius berupa kesenjangan SDM, keterbatasan infrastruktur, serta persoalan etika dan privasi,” ungkap Awan.

Sementara itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Jawa Timur, Joko Irianto menekankan pentingnya relevansi GeoAI terhadap isu global. 

“Teknologi geospasial berbasis AI berperan signifikan dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), mulai dari mitigasi perubahan iklim, penataan ruang kota, ketahanan pangan, hingga sistem kebencanaan yang lebih adaptif,” kata Joko.

Diketahui, Forum ini juga menghadirkan sejumlah pembicara utama, di antaranya Ir. Virgo Eresta Jaya, M.Eng., Sc. (Direktur Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang/SPPR) dan Dr. Ir. Sumaryono, M.Sc. (Direktur Sumber Daya Manusia Informasi Geospasial, BIG).

Dalam paparannya, Virgo menegaskan bahwa pemanfaatan AI menjadi kunci hilirisasi informasi geospasial di Indonesia. Integrasi AI, menurutnya, dapat mempercepat pengolahan data sekaligus meningkatkan nilai tambah untuk berbagai sektor. 

“Beberapa produk tematik yang menjadi fokus antara lain peta kadaster, nilai tanah, penggunaan lahan, hingga peta risiko bencana dan perilaku manusia berbasis big data,” tuturnya.

Selanjutnya, Sumaryono menekankan pentingnya sinergi manusia dan teknologi dalam pemanfaatan remote sensing. Menurutnya, kemampuan manusia dalam akurasi deteksi objek masih belum tergantikan sepenuhnya. Ia juga menegaskan peran ganda BIG, baik sebagai regulator maupun eksekutor, dalam tata kelola data geospasial nasional.

“Dalam kerangka Satu Data Indonesia, data bukan hanya dikumpulkan, tetapi harus dibagi, diolah, dan dimanfaatkan menjadi informasi bernilai tinggi. Industri hilir pun harus disiapkan, apalagi peta skala 1:5000 akan diintegrasikan dengan peta tematik,” ucap Sumaryono.

Kebijakan One Map Policy yang diperkuat lewat Perpres Nomor 23 Tahun 2021 juga disebut sebagai fondasi penting dalam pengembangan GeoAI. Dengan dukungan regulasi serta pemanfaatan teknologi terkini seperti machine learning, IoT, dan microservices, GeoAI diharapkan mampu menciptakan sistem informasi geospasial yang adaptif, dinamis, dan berdaya saing global.

Melalui FIT ISI 2025, surveyor Indonesia diharapkan mampu memperkuat kolaborasi lintas disiplin, beradaptasi dengan perkembangan teknologi, dan menjadi pelopor penerapan GeoAI untuk pembangunan berkelanjutan. (*)