https://jatim.times.co.id/
Pendidikan

Mendiktisaintek: Banyak Riset Kampus Berhenti di Jurnal, Tak Sampai ke Industri

Jumat, 31 Oktober 2025 - 15:24
Mendiktisaintek: Banyak Riset Kampus Berhenti di Jurnal, Tak Sampai ke Industri Ilustrasi. Riset kampus. (Foto: Istimewa via Staiku.ac.id)

TIMES JATIM, MALANG – Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menyoroti persoalan mendasar yang masih dihadapi dunia pendidikan tinggi di Indonesia, yakni minimnya keterhubungan antara hasil riset kampus dan kebutuhan industri.

Dalam Forum Penguatan Kampus Berdampak bagi Dosen di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (31/10/2025), Brian menyebut fenomena tersebut sebagai “jurang kematian inovasi” yakni, kondisi di mana penelitian berhenti pada publikasi ilmiah tanpa pernah diimplementasikan untuk masyarakat.

“Banyak penelitian yang berakhir di jurnal ilmiah tanpa pernah sampai ke tahap implementasi yang memberi manfaat bagi masyarakat. Fenomena ini adalah jurang kematian,” ujarnya, mengutip ANTARA.

Menurut Brian, riset sering berhenti di tengah jalan karena kurangnya kolaborasi antara kampus dan dunia usaha. Ia menilai hal ini tidak hanya disebabkan oleh lemahnya jejaring industri, tetapi juga karena belum terbentuknya ekosistem riset berkelanjutan yang mampu menjembatani hasil penelitian ke tahap penerapan.

Brian menegaskan bahwa keberlanjutan riset tidak boleh berhenti setelah pendanaan selesai.

“Kalau universitas tidak hadir di tengah industri, hasil riset akan berhenti sebagai tumpukan laporan,” ujarnya.

Ia mendorong universitas memiliki unit khusus yang menjembatani hasil penelitian dengan mitra eksternal, baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Unit ini, katanya, berfungsi untuk membantu regulasi, perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI), serta pendanaan lanjutan.

Dengan dukungan kelembagaan seperti itu, riset tidak hanya menjadi aktivitas akademik, melainkan juga solusi konkret terhadap persoalan bangsa.

Dalam kesempatan yang sama, Brian menekankan peran dosen sebagai kunci utama dalam menghidupkan ekosistem riset dan inovasi nasional.
Dosen, katanya, tidak hanya dituntut menghasilkan karya ilmiah, tetapi juga harus mengarahkan penelitian agar selaras dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan nasional.

Ia menilai Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memiliki potensi besar untuk menjadi contoh kampus berdampak.

“Dengan kultur kolaboratif dan tradisi pengabdian yang kuat, UMM bisa menjadi model kampus yang produktif dalam menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Wakil Mendiktisaintek Fauzan menambahkan bahwa UMM telah membangun landasan kuat sebagai universitas yang tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga berdampak sosial.

Menurutnya, dosen berperan penting dalam membentuk budaya ilmiah progresif serta mendorong mahasiswa berpikir kritis dan produktif.

“Dosen harus berani keluar dari zona nyaman dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai alat perubahan sosial,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor UMM Prof. Nazaruddin Malik menyebut forum tersebut sebagai momentum penting untuk memperkuat komitmen sivitas akademika dalam mewujudkan konsep “kampus berdampak”.

“Konsep ini bukan sekadar slogan, tapi cita-cita yang harus diwujudkan lewat kerja kolektif, pengabdian, dan inovasi berkelanjutan,” katanya.

Sebagai langkah konkret, UMM telah membentuk Direktorat Saintek, wadah hilirisasi hasil riset dosen dan mahasiswa agar bisa diterapkan secara nyata di masyarakat.

Prof. Nazaruddin menegaskan, UMM ingin dikenal bukan hanya karena kualitas akademiknya, tetapi juga karena manfaatnya bagi masyarakat. " Setiap dosen adalah agen perubahan," ujarnya. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.