TIMES JATIM, MALANG – Di tengah tenangnya pesisir Sekotong Barat, Nusa Tenggara Barat, sebuah desa kecil bernama Bangko Palut menyimpan kisah unik tentang semangat kerelawanan lintas bangsa. Selama lebih dari satu dekade, anak-anak di kampung nelayan ini belajar Bahasa Inggris dari para volunteer asing yang datang dan pergi silih berganti.
Namun, minimnya partisipasi volunteer lokal dan keterbatasan sumber belajar menjadi tantangan besar bagi keberlanjutan program tersebut.
Menanggapi kondisi itu, tim dosen dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang) hadir melalui kegiatan Pengabdian kepada masyarakat dalam Program Qaryah Thayyibah 2025.
Diskusi tim UIN Malang bersama pengelola dan volunteer di Bangko Palut. (FOTO: Afanin Rushafah/TIMES Indonesia).
Tim yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum., bersama Vita Nur Santi, M.Pd. dan Agung Wiranata Kusuma, M.A., melaksanakan pendampingan komunitas wisata berbasis volunteering di kampung Bangko Palut pada 25–28 Agustus 2025.
“Semangat masyarakat Bangko Palut luar biasa. Mereka terbuka pada dunia luar, tapi juga membutuhkan pendampingan agar kegiatan volunteering ini bisa terus berjalan dan membawa manfaat bagi warga lokal,” ujar Prof. Dr. Mundi Rahayu, M.Hum, Rabu (29/10/2025).
Selain itu, partisipasi volunteer lokal Indonesia yang masih minim, tim pengabdian menemukan bahwa program volunteering di Bangko Palut berjalan tanpa sistem pengajaran yang terstruktur karena tingginya rotasi relawan internasional.
Sebagian besar volunteer hanya menetap selama 5–7 hari, sehingga materi yang diajarkan kepada anak-anak sering kali tidak berkesinambungan.
Menanggapi hal itu, tim dosen UIN Maliki Malang berupaya memperkuat aspek edukatif dari program tersebut melalui pendampingan yang mendorong keterlibatan relawan lokal khususnya mahasiswa agar proses pembelajaran bahasa Inggris di Bangko dapat berlangsung lebih terarah dan berkelanjutan.
Menariknya, tim dosen ini tidak hanya datang memberikan pelatihan, tapi juga ikut terlibat langsung dalam aktivitas warga. Mereka berdiskusi dengan pengelola Lombok Volunteer Homestay, berbincang dengan relawan dari berbagai negara, serta ikut mengajar bahasa Inggris dan bermain bersama anak-anak di kampung itu.
Pengelola Lombok Volunteer Homestay menyambut hangat dan terbuka dalam kolaborasi ini. Mereka menilai dukungan dari perguruan tinggi menjadi langkah penting untuk memperkuat peran Lombok Volunteer Homestay dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperluas wawasan generasi muda di Bangko Palut.
Momen kebersamaan tim UIN Malang bersama anak-anak, pengelola, dan para volunteer di Bangko Palut. (FOTO: Afanin Rushafah/TIMES Indonesia).
“Senang sekali bisa bekerja sama dengan pihak kampus. Kehadiran tim dosen membantu kami menyusun kegiatan yang lebih terarah, supaya wisatawan tidak hanya datang untuk berlibur, tapi juga benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat,” ungkap Iskandar, pengelola homestay.
Melalui kerja sama ini, tim pengabdian berharap dapat berlanjut melalui program lanjutan yang ada di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sehingga Bangko Palut dapat berkembang sebagai desa wisata edukatif berbasis volunteering yang menjadi inspirasi bagi pemberdayaan masyarakat pesisir di Indonesia. (*)
| Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |