TIMES JATIM, MALANG – Setelah kurang lebih 3 bulan, Politeknik Unisma (Polisma Malang) akhirnya resmi menutup program Optimasi Kemitraan pada 30 November 2024. Ada banyak Hal yang telah didapat oleh Polisma selama menjalankan program yang didanai oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemdikbudristek RI itu. Yang arahnya pada pengembangan Polisma Malang yang lebih maju.
Direktur Polisma, Moh. Sulhan, ST, M.Kom, menyatakan bahwa program ini telah memberikan banyak manfaat strategis bagi pengembangan institusi, khususnya dalam mendukung implementasi Teaching Factory (Tefa) yang menjadi bagian dari Rencana Strategis (Renstra) Polisma 2023–2027.
“Alhamdulillah, apa yang kita lakukan selama program ini berjalan sebenarnya sudah baik. Namun, kita juga menyadari bahwa masih banyak aspek yang perlu dioptimalkan untuk ke depan. Program ini sangat relevan dengan arah Renstra kita, yang berfokus pada penerapan konsep Teaching Factory,” ujar pria yang akrab disapa Hans itu, Rabu (4/12/2024).
Program Optimasi Kemitraan yang dimulai pada September 2024 ini melibatkan serangkaian aktivitas intensif, termasuk kunjungan studi ke Politeknik Negeri Padang (PNP), yang berperan perguruan tinggi sumber (Pertisum). Polisma sendiri bertindak sebagai penerima pendampingan (Pertisas). Dalam kunjungan tersebut, Polisma mempelajari berbagai aspek manajemen perguruan tinggi vokasi, seperti pengelolaan kemitraan, kerja sama, hingga sistem keuangan.
“Kami belajar banyak dari PNP, khususnya dalam hal pengelolaan mitra dan implementasi kerja sama yang lebih efektif. Setelah itu, ilmu yang kami dapatkan coba diterapkan di Polisma, baik untuk mengoptimalkan hubungan dengan mitra-mitra yang sudah ada maupun membangun kemitraan baru,” jelas Hans.
Hasilnya, Polisma berhasil menjalin kerja sama dengan ratusan mitra yang tersebar di berbagai daerah, seperti Padang, Bogor, Jakarta, Surabaya, dan sejumlah wilayah lainnya. Selain memperkuat jaringan yang sudah ada, program ini juga membuka kesempatan lebih luas bagi mahasiswa Polisma untuk mendapatkan pengalaman langsung di dunia kerja.
“Banyak mitra baru yang kini bekerja sama dengan Polisma, yang tidak hanya berasal dari industri tetapi juga lembaga pendidikan vokasi lainnya. Ini memberikan peluang yang sangat besar bagi mahasiswa kami untuk mengeksplorasi berbagai bidang dan memperluas cakrawala mereka,” tambahnya.
Salah satu tujuan utama Polisma dalam lima tahun ke depan adalah menerapkan konsep Teaching Factory atau yang dikenal dengan Tefa. Konsep ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015, di mana perguruan tinggi vokasi didorong untuk memiliki unit produksi atau pabrik kecil di dalam kampus yang berfungsi sebagai laboratorium praktik mahasiswa.
“Dengan Teaching Factory, mahasiswa tidak hanya sekadar belajar teori atau melakukan praktik sederhana. Mereka akan benar-benar terlibat dalam proses kerja industri, mulai dari pengolahan bahan baku hingga menghasilkan produk jadi,” kata Hans.
Ia menjelaskan bahwa konsep Tefa dirancang untuk mengatasi salah satu kendala utama lulusan vokasi, yaitu kurangnya pengalaman praktis yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Meskipun mahasiswa vokasi lebih banyak praktik dibandingkan teori, kenyataannya praktik yang diberikan masih sering bersifat prosedural. Mahasiswa tahu cara melakukannya, tetapi belum memiliki pengalaman nyata seperti di dunia kerja. Inilah yang ingin kita ubah dengan Teaching Factory,” jelasnya.
Melalui Tefa, mahasiswa Polisma akan ditempa dalam suasana kerja yang menyerupai lingkungan industri sesungguhnya. Dengan begitu, mereka tidak hanya memahami prosedur kerja tetapi juga memiliki mentalitas dan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia industri.
“Ketika mereka lulus dan masuk ke dunia kerja, mereka tidak lagi kaget. Mereka sudah siap secara mental dan teknis,” tambahnya.
Kemitraan yang dibangun Polisma melalui program Optimasi Kemitraan menjadi salah satu pondasi penting untuk mendukung implementasi Tefa. Selain itu, mitra-mitra yang terlibat juga akan berkontribusi dalam berbagai aspek, mulai dari penyediaan fasilitas, pengembangan kurikulum berbasis industri, hingga membuka peluang magang dan kerja bagi mahasiswa.
“Keberhasilan program ini tentu menjadi langkah awal yang sangat baik untuk mencapai visi kami. Dengan banyaknya mitra yang mendukung, mahasiswa kami akan memiliki akses yang lebih luas untuk mengembangkan keterampilan mereka. Ini juga menjadi nilai tambah bagi lulusan Polisma di mata industri,” ujarnya.
Penutupan program Optimasi Kemitraan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari langkah besar Polisma menuju pendidikan vokasi yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Implementasi Teaching Factory yang akan segera dijalankan oleh Polisma ini menjadi bukti komitmen Polisma untuk mencetak lulusan yang kompeten dan siap bersaing di pasar kerja global.
Dengan dukungan dari ratusan mitra yang telah terjalin, Polisma optimistis mampu menciptakan ekosistem pendidikan vokasi yang tidak hanya memberikan pengalaman belajar terbaik bagi mahasiswa, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi industri dan masyarakat.
“Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mewujudkan pendidikan vokasi yang unggul. Dengan semangat itu, Polisma siap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah,” tutup Hans. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |