TIMES JATIM, KARANGANYAR – Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2025 kembali membuktikan diri sebagai salah satu ajang trail run paling bergengsi di Indonesia. Digelar pada 6–7 Desember 2025 di kawasan Gunung Lawu, Jawa Tengah, event tahunan ini diikuti hampir 1.000 pelari dari berbagai daerah dan negara, menjadikannya salah satu lomba ultra trail dengan jumlah peserta terbanyak di Tanah Air.
Lebih dari sekadar kompetisi lari jarak jauh, SLU 2025 tampil sebagai etalase sport tourism yang memadukan tantangan fisik ekstrem dengan keindahan lanskap alam dan kekayaan budaya Kabupaten Karanganyar. Gunung Lawu kembali menjadi “arena uji mental” sekaligus daya tarik utama yang mengundang antusiasme komunitas trail running nasional.
Lintasan Ikonik, Medan Teknis, dan Cuaca yang Menguji Mental
Pada edisi 2025, panitia mempertahankan karakter SLU sebagai lomba berkelas ultra dengan menghadirkan enam kategori jarak: 7K, 15K, 30K, 50K, 80K, hingga 120K. Lintasan membawa peserta melintasi sejumlah titik ikonik Gunung Lawu seperti Bukit Sekipan, Cemoro Kandang, Bukit Mongkrang, puncak Lawu, Candi Cetho, Jatiyoso, Kebun Teh Kemuning, hingga kawasan paralayang Tawangmangu.

Rute yang disuguhkan dikenal teknikal dan variatif. Mulai dari jalur hutan lebat, punggungan terbuka, tanjakan panjang dengan elevasi ribuan meter, hingga turunan berbatu yang menguras konsentrasi. Tantangan itu semakin lengkap dengan kondisi cuaca. Hujan lebat yang turun sejak malam sebelum lomba membuat sebagian besar lintasan basah dan licin, terutama di segmen turunan menuju Candi Cetho yang menjadi ujian tersendiri bagi peserta.
Standar Penyelenggaraan Makin Matang
Dari sisi teknis, panitia SLU 2025 menunjukkan kematangan penyelenggaraan. Berbagai fasilitas standar event trail internasional disiapkan, mulai dari BIB number, medali finisher, goodie bag, water station di beberapa titik krusial, makanan pemulihan, hingga asuransi peserta dan kewajiban surat keterangan sehat.
Penempatan marshal, relawan, serta tim medis dan PMI diperkuat di titik-titik rawan, mengingat karakter ekstrem medan Gunung Lawu. Dewan Pembina SLU 2025, Tony Harmoko, menegaskan fokus utama penyelenggaraan tahun ini adalah keselamatan dan kenyamanan peserta.
“Kami terus meningkatkan standar keamanan, termasuk mitigasi cuaca ekstrem. Antusiasme yang tinggi menunjukkan Lawu semakin kuat sebagai ikon sport tourism,” ujarnya.
Performa Peserta dan Atmosfer Kompetisi
Kategori ultra jarak jauh seperti 80K dan 120K kembali menjadi sorotan utama karena tingkat kesulitannya, sementara kategori 50K tercatat sebagai salah satu yang paling diminati.
Tim TIMES Indonesia yang turun di kategori 50K mencatat waktu 12 jam 45 menit dengan elevasi gain lebih dari 3.000 meter. Start pukul 05.00 WIB dari Bukit Sekipan, pelari langsung disambut udara dingin pascahujan. Jalur menuju Mongkrang dan Cemoro Kandang terasa menguras energi sebelum akhirnya mencapai kawasan puncak Lawu sekitar tengah hari.
Turunan teknikal menuju Candi Cetho menjadi segmen paling menantang. Medan licin memaksa peserta bergerak ekstra hati-hati, bahkan membutuhkan hampir empat jam hanya untuk menuntaskan tiga kilometer awal jalur turun. Setelah melewati water station utama di Cetho, sisa lintasan hingga garis finis berhasil diselesaikan sebelum petang.
Catatan Evaluasi dan Tanggung Jawab Penyelenggara
Di balik kesuksesan penyelenggaraan, SLU 2025 juga diwarnai duka. Dua peserta di kategori 15K meninggal dunia akibat serangan jantung di lokasi berbeda. Panitia bersama tim medis dan PMI bergerak cepat melakukan evakuasi, meski medan berat dan hujan memperumit proses.

Penyelenggara menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan komitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh guna memperkuat SOP keselamatan pada edisi mendatang.
Menegaskan Lawu sebagai Ikon Trail Run Nasional
Secara keseluruhan, Siksorogo Lawu Ultra 2025 kembali menegaskan posisi Gunung Lawu sebagai salah satu destinasi trail run dan sport tourism unggulan di Indonesia. Kombinasi jumlah peserta yang besar, pengelolaan rute yang matang, serta antusiasme komunitas menjadi indikator keberhasilan event ini.
Selain menggerakkan ekonomi lokal dan mempromosikan pariwisata alam, SLU juga memperkuat citra Jawa Tengah sebagai wilayah dengan agenda sport tourism berkelas nasional. Event ditutup dengan seremoni penyematan medali finisher, penyerahan penghargaan, serta pengumuman rencana pengembangan rute untuk SLU 2026.
Gunung Lawu sekali lagi membuktikan, ia bukan sekadar latar lomba, melainkan pusat pengalaman, ujian karakter, dan magnet utama bagi para pelari yang mencari tantangan sejati. (*)
| Pewarta | : Kurniawan Saputro |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |