https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Pasca Idul Adha dan Ancaman Krisis Pangan

Kamis, 14 Juli 2022 - 21:01
Pasca Idul Adha dan Ancaman Krisis Pangan M. Nabil Haroen, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama.

TIMES JATIM, JAKARTAMOMENTUM Idul Adha yang baru saja berakhir haruslah menjadi renungan kita semua. Idul Adha penting untuk menjadi momen untuk penguatan solidaritas kemanusiaan. Kita harus sama-sama berjuang dan berkurban untuk sesama. Membangun kekuatan solidaritas untuk menjawab probem yang ada. 

Saat ini, Indonesia dan masyarakat internasional sedang menghadapi krisis pangan dan energi yang terjadi secara global. Krisis ini di antaranya dipicu oleh konflik Ukraina-Rusia, yang kemudian memiliki efek multi negara yang terutama pada sektor pangan dan energi. Data dari Foreign Policy (11 July 2022), sekitar 40 persen pasokan energi Eropa mengalami gangguan. Negara-negara Eropa saat ini sedang bekerja keras untuk mengamankan pasokan energi domestik untuk musim dingin tahun ini.

Di sisi lain, rantai pasok terkait bahan pangan tersendat. Beberapa bahan pangan utama dunia semisal gandum dan biji-bijian, juga mengalami kenaikan harga yang luar biasa. Negara-negara semisal Libya, Mesir, dan sebagian besar Afrika yang selama ini bergantung pada pasokan pangan dari Ukraina, diprediksi akan mengalami krisis besar di sekitar akhir tahun ini.

Sementara, untuk sektor energi juga mengalami krisis yang luar biasa. Harga minyak dunia tidak terkendali. Pasokan energi semisal listrik, gas dan minyak untuk pasar internasional juga tersendat. Harga energi melambung tinggi yang susah diprediksi. Negara-negara berkompetisi untuk mendapatkan pasokan energi yang stabil. Sementara, beberapa negara Eropa sedang membahas tentang upaya penggunaan kembali nuklir sebagai solusi cepat atas krisis ini. Di sisi lain, negara-negara berkembang menjadi merana: terperosok situasi sulit terkait energi dan pangan. 

Momentum Idul Adha 
Momentum perayaan Idul Adha sudah selesai. Kita baru saja mengarungi samudra spiritual dalam perjalanan melewati Idual Adha. Sejatinya Idul Adha tidak hanya momentum agama semata, tidak hanya perayaan spiritual, tapi juga peringatan untuk memperbaiki kemanusiaan kita. Di sekitar Idul Adha tahun ini, ada ancaman virus PMK (penyakit mulut dan kuku) serta krisis energi serta pangan dunia.

Beberapa waktu lalu, saya melakukan pengecekan ke beberapa lokasi penyembelihan hewan kurban ke beberapa kawasan di Solo Raya dan beberapa kawasan di Jawa Tengah. Saya melihat betapa luar biasa antusiasime warga untuk saling berbagi. Mereka berbagi untuk saling menguatkan, saling memberikan yang terbaik untuk tetangga, untuk kaum dhuafa, untuk saling menjaga yang terbaik bagi bangsa.

Saya melihat ini sebagai energi positif bangsa Indonesia yang luar biasa. Bahwa, kita perlu kita fokus untuk menyelesaikan  problem dasar dalam bidang pangan dan energi, dengan memaksimalkan energi positif ini: saling berbagi, saling memberi.

Untuk energi dan pangan, kita memang harus mendorong Baznas dan lembaga filantropi memikirkan strategi dan bersama-sama pemerintah, agar ada skema untuk penyaluran daging hewan kurban yang bisa jangka panjang, misalnya dengan pengemasan kaleng yang tahan lama. Jadi, bisa didistribusikan ke daerah-daerah yang sangat membutuhkan dan tahan lama.

Saya juga melakukan pantauan terkait kesehatan hewan ternak. Hasilnya, mayoritas bagus dan bebas dari indikasi virus PMK. Prosedur penyembelihan juga sesuai standar kesehatan dari dinas terkait. Juga, warga mematuhi agar yang dikurbankan itu merupakan hewan ternak yang bebas penyakit dan virus PMK.

Indonesia bisa memikirkan strategi jangka panjang untuk solusi krisis pangan dan energi, dengan melakukan manajemen nasional atas penyembelihan hewan-hewan kurban di momentum Idul Adha. Jika hewan kurban yang disembelih bisa terdistribusikan secara merata dengan sistem pengemasan jangka panjang, tentu akan memberikan dampak yang lebih maksimal. Nyatanya, jutaan ton daging kurban yang disembelih, seringkali menumpuk di satu daerah, namun di beberapa kawasan lain mengalami kekuarang.

Atau pada kasus lain, terjadi penumpukan daging kurban dan kemudian mubadzir menjadi busuk, tidak terkonsumsi secara maksimal. Sementara, pada bulan-bulan lain, kita kekuarang pangan, kekurangan daging yang perlu dipasok secara nasional di Sebagian besar kawasan Indonesia.

Tentu saja ini persoalan cara berpikir dan manajemen. Ini persoalan bagaimana kita memaksimalkan momentum Idul Adha—sebagai perayaan agama—dan kemudian ditransformasikan menjadi momentum perbaikan kemanusiaan. 

--
*) M. Nabil Haroen, mendalami bidang kesehatan, pangan dan energi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.