https://jatim.times.co.id/
Opini

Membersamai Umat, Memenangi Masa Depan

Minggu, 21 Desember 2025 - 07:41
Membersamai Umat, Memenangi Masa Depan Miftach Alamudin, Wakil Sekretaris PCNU Lamongan.

TIMES JATIM, LAMONGAN – Di tengah zaman yang gemar merayakan simbol, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan memilih jalan yang sunyi namun bermakna: menanam harapan. Pelantikan PCNU Lamongan Masa Khidmah 2025–2030 pada 22 November 2025 di GOR Lamongan tidak dirayakan dengan gegap gempita karangan bunga yang akan layu dalam hitungan hari. Yang berdiri justru bibit-bibit pohon produktif hasil sedekah ratusan tokoh, lembaga, dan jam’iyah NU sendiri. Dari sini, pesan khidmah ditegaskan sejak awal: NU tidak sedang memamerkan seremonial, tetapi sedang menanam kehidupan.

Pilihan simbol ini bukan tanpa makna. Pohon adalah metafora tentang keberlanjutan, kesabaran, dan manfaat lintas generasi. Setiap batang yang ditanam adalah doa, setiap akar yang menghujam tanah adalah komitmen jangka panjang. 

Di tengah realitas organisasi yang sering terjebak pada rutinitas administratif dan euforia jabatan, NU Lamongan mengingatkan bahwa khidmah sejati bukan hiasan, melainkan proses hidup yang menuntut kesungguhan dan konsistensi.

Dari akar yang ditanam itu, arah perjuangan kemudian ditegaskan melalui peluncuran Sapta Kridha tujuh pilar gerak NU Lamongan lima tahun ke depan. Inisiatif ini penting untuk dibaca bukan sebagai jargon visi, melainkan sebagai kompas organisasi. 

Spiritualitas, pendidikan, kemandirian ekonomi, dan kemanusiaan dirangkai dalam satu garis haluan yang berangkat dari nilai Ahlussunnah wal Jama’ah sekaligus terbuka terhadap perubahan zaman. Di titik ini, NU Lamongan sedang menguji dirinya sendiri: sejauh mana nilai-nilai tradisi dapat menjawab tantangan kontemporer tanpa kehilangan akar.

Penuntasan NU Center–Masjid Gus Dur, konsolidasi jam’iyah, peningkatan mutu pendidikan dan pesantren, gerakan sosial mabarot, kesadaran aset, kemandirian ekonomi, hingga penguatan infaq dan sodaqoh melalui GISNU, bukanlah daftar program yang berdiri sendiri. 

Ia adalah ikhtiar menyatukan dimensi spiritual dan sosial NU agar tidak terjebak pada kesalehan simbolik. Sebab, keberagamaan yang tidak menyentuh persoalan ekonomi, kesehatan, dan martabat umat, pada akhirnya akan kehilangan relevansinya.

Hal itu terlihat jelas dari gagasan “One Ranting, One Produk” yang ditampilkan dalam bentuk prototipe produk unggulan dari berbagai ranting. Inisiatif ini menegaskan bahwa kemandirian ekonomi umat tidak lahir dari pidato panjang, tetapi dari keberanian mengorganisasi potensi lokal. 

Produk-produk itu bukan semata soal nilai jual, melainkan soal martabat. NU Lamongan ingin memastikan bahwa warga nahdliyin tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi subjek yang berdaya melalui tangan dan sumber daya mereka sendiri.

Namun, khidmah NU tidak berhenti pada urusan ekonomi. Pada hari yang sama, pengobatan gratis dan donor darah digelar. Di sini, NU menunjukkan wajah paling autentiknya: hadir ketika umat membutuhkan, bahkan dalam urusan paling mendasar kesehatan dan nyawa manusia. 

Khidmah tidak menunggu program besar atau momentum politik. Ia hadir di antrean pengobatan, di kantong darah yang terkumpul, di tangan-tangan yang saling membantu tanpa banyak kata.

Puncak pelantikan ditandai dengan baiat langsung oleh Rais Syuriyah PBNU KH. Imam Bukhori Kholil, cicit Syaikhona Kholil Bangkalan. Sumpah diikrarkan, amanah dititipkan, dan tanggung jawab dipikul bersama. 

Momentum ini penting bukan karena siapa yang melantik, tetapi karena pesan yang dibawa: khidmah NU adalah kerja kolektif. Tidak ada ruang bagi kepemimpinan personalistik yang berjalan sendiri-sendiri. Yang dibutuhkan adalah barisan yang solid, struktur yang hidup, dan kesatuan gerak.

Di sinilah pelantikan ini layak dibaca sebagai awal perjalanan, bukan titik akhir. Pohon yang ditanam hari ini tidak akan langsung berbuah. Produk yang dipamerkan masih perlu didampingi. Program sosial membutuhkan konsistensi. Tantangan NU ke depan bukan pada perumusan visi, tetapi pada keberanian menjaga ritme kerja dan kejujuran dalam evaluasi diri.

Membersamai umat dan memenangi masa depan bukan slogan yang mudah. Ia menuntut NU untuk selalu hadir, mendengar, dan bergerak bersama jam’iyahnya. Di bawah arahan Rais Syuriyah KH. Salim Azhar dan Katib KH. Ma’shum Luthfillah, serta komando Ketua Tanfidziyah Dr (HC) KH. Sahrul Munir dan Sekretaris M. Masyhur, khidmah ini diuji oleh waktu dan realitas.

Jika NU Lamongan mampu menjaga akar, merawat batang, dan menunggu buah dengan sabar, maka masa depan bukan sekadar dimenangkan, tetapi diwariskan. Dan di situlah makna khidmah menemukan bentuknya yang paling utuh: hadir bersama umat, hari ini dan nanti.

***

*) Oleh : Miftach Alamudin, Wakil Sekretaris PCNU Lamongan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.