TIMES JATIM, SURABAYA – Di tengah perayaan Hari Batik Nasional, Best Western Papilio Hotel Surabaya berkolaborasi dengan Batik Teyeng untuk menggelar workshop membatik pada Minggu (5/10/2025). Menggandeng 42 peserta yang antusias dari Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang, acara ini tak sekadar menjadi ajang perayaan, melainkan sebuah misi edukasi untuk mengajak masyarakat merasakan langsung proses di balik selembar kain batik tulis yang penuh filosofi.
Firman Asyhari, CEO Batik Teyeng, menjelaskan bahwa perusahaannya memiliki filosofi unik yang menjadikan noda karat (teyeng) sebagai motif utamanya.
"Teyeng itu dianggap sebagai satu yang kotor, berbahaya. Dengan batik teyeng, berubah menjadi satu yang indah," ungkapnya.
Visi ini serupa dengan makna di balik motif kupu-kupu yang melambangkan transformasi dari ulat menjadi makhluk yang indah. Hal ini juga sejalan dengan filosofi "sulur semanggi," motif lokal yang mereka angkat, yang memiliki makna "seduluran dan semangat yang tinggi".
Peserta asal Sidoarjo, Cathrine, mengakui bahwa ia terkesan dengan workshop yang fokus pada batik pesisir.
"Batik Teyeng yang dibuat ini mengarah ke warna pesisir yang memiliki ciri khas dengan warna terang seperti oranye, merah, hijau, biru dan motif ramai seperti di daerah Lasem Pekalongan yang diambil kulturasi Tiongkok, Arab, dan Indonesia," jelasnya.
CEO Batik Teyeng, Firman Asyhari, menunjukkan salah satu dari kain batik teyeng sebelum diproses batik. (FOTO: Zisti Shinta/TIMES Indonesia)
Menurut Cathrine, pengalaman membatik yang autentik ini sangat berharga. Ia pun berharap workshop seperti ini bisa terus berlanjut.
"Harapan ke depannya workshop seperti ini bisa lebih lama waktunya dan bisa dibuat level," ujar Cathrine, menunjukkan antusiasme tinggi dari para peserta.
Marketing Communication Best Western Papilio Hotel Surabaya, Yola menjelaskan bahwa acara ini memberikan pengalaman berharga bagi para peserta.
"Kami mengajak para peserta untuk merasakan ambience-nya secara langsung, karena jarang banget batik sampai selesai. Dan ini menjadi satu-satunya," ungkap Yola.
Meskipun kesulitan dalam bisnis penjualan dan produksi massal, Batik Teyeng telah menorehkan prestasi gemilang di kancah global. Kain mereka pernah disuplai untuk desainer di Thailand dan Vietnam, bahkan pernah menerima pesanan souvenir yang dikirimkan ke Swiss. Kini, fokus utama mereka beralih sepenuhnya ke pelatihan dan edukasi, dengan misi melestarikan warisan budaya dan membangun kesadaran akan nilai sejati dari batik tulis tradisional. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gandeng Batik Teyeng, Best Western Papilio Surabaya Edukasi Warga Lewat Workshop
Pewarta | : Zisti Shinta Maharani |
Editor | : Deasy Mayasari |