TIMES JATIM, LAMONGAN – Makanan lemi biasanya dibuat dari lemi (kotoran) ketam atau yuyu, kemudian dipadukan bekatul atau dedak. Beda dengan Lemi Dheso dari Kabupaten Lamongan, karena selain rasanya gurih dipadu pedas juga bahannya dari lemi kepiting, serbuk (empuk) jagung dan daging cincang kepiting.

Pemilik produk unggulan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Kabupaten Lamongan yang diberi nama Lemi Dheso, Zainur Rohmah menuturkan, masakan olahan lemi yang dibuatnya tersebut lebih higienis dibandingkan dengan lemi yang selama ini ada.

"Kalau bahannya dari yuyu (ketam) itu menurut saya kurang higienis. Karena yuyu itu lebih sering makan bangkai tikus. Sehingga kami lebih memilih bahan dari kepiting meski bahannya terbilang cukup mahal," ujar Zainur Rohmah kepada TIMES Indonesia dalam Bazar Ramadan di Alun-alun Lamongan, Kamis (6/5/2021).

Rohmah sapaan akrab Zainur Rohmah menjelaskan, Lemi Dheso hanya memilik satu varian rasa yakni gurih berpadu pedas. Karena, menurutnya, masyarakat Lamongan lebih menyukai rasa pedas yang dipadukan dengan gurih.        

"Saya kira masyarakat Lamongan lebih suka rasa itu. Makanya untuk rasa kita hanya memiliki satu varian saja. Dan Lemi Dheso ini kita bandrol dengan harga Rp. 12 ribu," akunya.         

Rasa gurih dan sedap, Rohmah mengungkapkan, itu dikarenakan proses pembuatan dari Lemi Dheso itu dengan menggunakan bumbu lengkap dan dimasak 2 hingga 3 jam.

"Memang cukup lama kita proses pembuatannya agar semua bumbu bisa meresap sempurna. Karena olahan ini tidak menggunakan bahan pengawet maka Lemi Dheso hanya bisa bertahan sampai dengan 3 hari jika disimpan di lemari es," katanya.

Rohmah mengatakan, Lemi Dheso akan lebih nikmat jika sebelum disantap bersama keluarga, dimasak kembali dengan menambahkan daun kemangi.

"Lemi dihangatkan terlebih dahulu dengan minyak ditambah dengan daun kemangi. Wah, mantap. Saya yakin rasanya semakin mantul (mantap betul)," tutur pemilik produk unggulan Lemi Dheso asal Kabupaten Lamongan. (*)