TIMES JATIM, SURABAYA – Semakin tingginya permintaan terhadap prosedur bedah plastik dan estetik di masyarakat, dokter spesialis bedah plastik, dr. Bambang Wicaksono Sp.BP-RE, Subsp.EL(K) menekankan pentingnya aspek safety dalam proses estetika.
Hal ini disampaikan dr. Bambang dalam acara exclusive gathering bertajuk 'Beauty with Safety' yang diselenggarakan National Hospital - Daps, Rabu (30/10/2025).
Menurut dr. Bambang, fokus pada keamanan menjadi krusial karena prosedur bedah plastik estetik merupakan operasi yang didasarkan pada indikasi sosial, bukan indikasi medis.
"Operasi bedah plastik itu sejujurnya enggak dioperasi juga enggak masalah. Indikasinya kan pasti indikasi sosial. Kalau operasi dengan indikasi sosial, sangat absurd kalau mengabaikan aspek keselamatan, aspek safety," ujarnya.
Fasilitas kesehatan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu hal yang wajib diperhatikan, karena banyak tindakan estetik di fasilitas yang tidak terjamin.
"Melihat dari banyaknya fasilitas kesehatan yang dalam tanda kutip agak diragukan, misalnya operasi-operasi di apartemen, tindakan-tindakan di hotel," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk melek literasi dan aturan agar dapat meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Menurut dr. Bambang, fasilitas yang aman adalah yang legal dan terstandardisasi, seperti klinik utama atau rumah sakit yang tersertifikasi oleh pemerintah.
Selain fasilitas, penting juga bagi masyarakat untuk mencari dokter yang memiliki kompetensi terlegitimasi.
"Cari dokter yang memang punya keahlian di bidang itu, yang sudah tersertifikasi, sudah diakui negara. Karena dengan hal itu, negara sudah hadir untuk melindungi masyarakatnya," jelasnya.
Bahaya Prosedur Murah dan Risiko Komplikasi
dr. Bambang mengakui bahwa faktor biaya sering kali mendorong masyarakat memilih prosedur yang lebih murah, meskipun mengabaikan aspek keamanan.
"Tapi sebenarnya murah kalau mengabaikan aspek safety, itu jatuhnya mahal karena bisa terjadi komplikasi," tuturnya.
Prosedur 'abal-abal' yang tidak memenuhi standarisasi akan meningkatkan risiko komplikasi seperti infeksi, perdarahan, dan kerusakan jaringan.
"Komplikasi bisa terjadi pada semua prosedur operasi. Perbedaannya, jika ditangani oleh ahli dan dilakukan di fasilitas yang tersertifikasi, risiko komplikasi tersebut dapat diminimalkan," kata dr. Bambang.
Meskipun masih ada sebagian masyarakat yang menganggap operasi estetik sebagai hal tabu, ia melihat adanya pergeseran tren yang terjadi belakangan ini.
"Buktinya banyak masyarakat Indonesia yang operasi di luar negeri. Itu kan bukti empirik yang tidak bisa dibantah. Meski begitu, aspek keamanan harus tetap diperhatikan," pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tips Aman Bedah Plastik ala dr. Bambang Wicaksono
| Pewarta | : Siti Nur Faizah | 
| Editor | : Deasy Mayasari | 
 Gaya Hidup
 Gaya Hidup 
       
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
                 
                 
                 
                 
                 
             
             
             
             
             
             
             
             
             
             
               TIMES Jatim
            TIMES Jatim