TIMES JATIM, BONDOWOSO – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga cabai rawit di Kabupaten Bondowoso melonjak signifikan dalam dua pekan terakhir.
Berdasarkan pemantauan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, komoditas ini tercatat sebagai yang paling tajam kenaikannya, yakni naik antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram dibandingkan pekan sebelumnya.
Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Bondowoso, Dwi Hariyadi menyebutkan, kenaikan tersebut dipicu oleh menurunnya pasokan dari petani lokal akibat faktor cuaca yang tidak menentu.
“Permintaan masyarakat stabil, tetapi ketersediaan stok dari petani berkurang. Ketidakseimbangan ini membuat harga cabai merangkak naik cukup drastis,” ujarnya, Jumat (5/12/2025).
Selain memantau cabai rawit, Diskoperindag juga melakukan pengawasan terhadap stok dan harga kebutuhan pokok lainnya, terutama beras, jelang Nataru.
Pengawasan dilakukan mulai dari tingkat produsen di penggilingan padi, distributor, ritel modern, hingga pasar tradisional. Diskoperindag juga berkoordinasi rutin dengan Bulog untuk memastikan stabilitas pasokan.
Hasil monitoring menunjukkan, bahwa sebagian besar beras yang dijual di Bondowoso masih sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).
Meski demikian, ditemukan sejumlah pedagang kecil di pasar tradisional yang menjual sedikit di atas HET karena mengambil stok dari pedagang lain, bukan langsung dari produsen.
“Untuk ritel modern, seluruh sampel beras premium dijual sesuai HET,” jelas Dwi.
Sementara itu, harga beras di tingkat penggilingan justru berada di bawah HET, dengan ketersediaan yang dinilai memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Para pedagang pasar tradisional pun menyebut bahwa momentum Nataru tidak memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan permintaan kebutuhan pokok di Bondowoso.
“Karena mayoritas masyarakat Bondowoso beragama Muslim, biasanya tidak ada lonjakan kebutuhan menjelang Nataru,” pungkasnya.(*)
| Pewarta | : Moh Bahri |
| Editor | : Imadudin Muhammad |