TIMES JATIM, MADIUN – Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan sejumlah perajin tempe di Kelurahan Kelun, Kota Madiun, Jawa Timur. Produksi dan omset penjualan anjlok karena permintaan menurun. Sekarang kondisi mereka makin terjepit dengan naiknya harga kedelai.
"Harga kedelai sekarang Rp 9.600, biasanya per kilo hanya Rp 7.000," ujar Kamini salah satu perajin tempe di Kelurahan Kelun.
Sebelum pandemi, Kamini bisa memproduksi 1-1,5 kuintal kedelai menjadi tempe setiap hari. Tetapi sekarang produksi tinggal 25-30 kilogram kedelai saja.
"Pembelinya juga turun. Jadi saya juga cuma buat sedikit," tutur Kamini.
Apalagi dengan naiknya harga kedelai saat ini. Perajin tempe tidak berani berspekulasi. Dengan jumlah produksi saat ini saja, sudah beruntung jika hasilnya bisa untuk membeli bahan baku lagi.
"Mau menaikkan harga juga nggak berani. Takut nggak laku. Jadi ukurannya saja agak dikurangi," ungkap Sumarmi, perajin tempe lainnya.
Meskipun omset menurun selama pandemi, para perajin tempe di Kelurahan Kelun, Kota Madiun memilih bertahan. Sebab, penghasilan utama mereka rata-rata bersumber dari hasil berjualan tempe. "Kalau harga kedelai masih normal ya tidak terlalu berat," ujar Sumarmi. (*)
Pewarta | : Romy Tri Setyo Wibowo (MG-339) |
Editor | : Ronny Wicaksono |