https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Bangkit dari Pandemi, Pokmas Walida Sukses Ekspor Puluhan Ton Kopi ke Mancanegara

Minggu, 28 Mei 2023 - 16:42
Bangkit dari Pandemi, Pokmas Walida Sukses Ekspor Puluhan Ton Kopi ke Mancanegara Ahmad Muhlisin memantau proses penjemuran kopi Argopuro di lahan penjemuran milik Pokmas Walida, Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, Situbondo. (Foto: Muhlisin for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, SITUBONDO – Selain dikenal sebagai trek pendakian terpanjang Pulau Jawa, Gunung Argopuro, Situbondo, Jawa Timur juga dikenal sebagai wilayah penghasil kopi. Memiliki citarasa khas, kopi Situbondo diakui oleh banyak pecinta kopi baik lokal maupun Mancanegara. Kopi-kopi ini diolah oleh Pokmas Walida.

Kelompok Masyarakat bergerak di bidang pengolahan specialty kopi ini berada di Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, Situbondo. Dengan mengusung konsep sociopreneur, Pokmas Walida berhasil bangkit dari Pandemi dan sukses ekspor puluhan ton kopi Argopuro ke Mancanegara. 

Ketua pengelola Pokmas Walida, Ahmad Muhlisin menceritakan, usaha pengolahan kopi tersebut sudah dimulai sejak tahun 2016, namun baru digeluti secara serius pada tahun 2019 usai dirinya menyelesaikan pendidikan Manajemen Bisnis di IPB. 

Lulusan S2 Manajemen Bisnis di Institut Pertanian Bogor (IPB) membeberkan, setiap musim panen, Pokmas Walida dapat menghasilkan hingga 180 ton biji kopi hijau atau Green Beans dengan kualitas premium.

"Tahun ini kami panen 180 ton. Setelah dijemur kira-kira akan jadi 30 ton green beans siap kirim," terangnya.

Muhlis, begitu sapaan akrab pria itu, menjelaskan, awalnya bisnis kopi dengan merek Argopuro Walida itu hanya mempunyai lima orang pekerja. Seiring dengan perkembangan bisnis yang cukup pesat dan akhirnya berhasil tembus pasar internasional, kini Muhlis mempekerjakan sekitar 30 orang untuk mengolah biji kopi dari pegunungan Argopuro. 

“Sekarang ada kurang lebih 30 orang pekerja tetap, kalau sedang musim panen biasanya bertambah. Para pekerja diambil dari warga sekitar untuk dorong ekonomi setempat. Mereka difokuskan untuk processing. Dari memilah biji kopi, fermentasi, hingga jemur,” ungkap Muhlis kepada TIMES Indonesia, Minggu (28/5/2023).

Kopi Argopuro Punya Cita Rasa Khas

kopi-Argopuro-2.jpgPuluhan pekerja di Pokmas Walida sedang mensortir buah kopi kiriman petani setempat. (Foto: Muhlisin for TIMES Indonesia)

Bisnis kopi Pokmas Walida yang diberi merek Argopuro Walida diakui Muhlis sebagai upaya memberdayakan masyarakat setempat serta memperkenalkan produk Kopi pegunungan Argopuro produksi petani lokal. Muhlis menjelaskan, kopi pegunungan Argopuro memiliki  punya cita rasa khas dan punya aftertaste otentik, khususnya dari olahan Kopi Arabikanya. 

"Niat awal Pokmas ini untuk berdayakan masyarakat, jadi keuntungan usaha kita salurkan untuk pendidikan gratis di Yayasan Pendidikan kita," tutur Muhlis. 

Pria itu kemudian membeberkan, nama Walida merupakan akronim dari 'Wali Murid Sabda Ria Nada' merujuk kepada nama Yayasan Pendidikan dimana hasil usaha kopi Pokmas dimanfaatkan untuk pengembangannya. 

"Sekitar 40 persen keuntungan kita gunakan untuk pengembangan Yayasan dan memberi pendidikan gratis. Jadi, anaknya sekolah gratis, bapaknya bertani, ibunya bekerja disini, kita putar omset usaha itu di tengah masyarakat," bebernya. 

Memanfaatkan konsep pengembangan dan pemasaran yang digodok selama tempuh pendidikan di IPB, bisnis kopi Pokmas Walida dengan cepat melejit dan peroleh banjir pesanan dari masyarakat. 

Muhlis menjelaskan, pesanan terbanyak di tahun pertama berdirinya Pokmas Walida banyak datang dari Jogjakarta dan Bogor. "Kebanyakan Coffee shop yang pesan specialty coffee kami," jelasnya. 

Memberanikan Diri Ekspor Kopi ke Mancanegara

kopi-Argopuro-3.jpg

Awal kisah sukses Pokmas Walida mengekspor puluhan ton kopi Argopuro terjadi pada tahun 2020. Pada waktu itu, Muhlis menjelaskan, kondisi pasar lokal yang tengah terdampak pandemi COVID-19 tidak mampu menyerap kopi hasil panen masyarakat. Disisi lain, kopi dari petani terus berdatangan sedangkan stok di gudang masih melimpah tidak terserap dengan baik. 

“Saya bingung. Dana saya habis. Langganan tidak ada yang mau beli, karena kafe-kafe pada tutup. Kebayang bakal gulung tikar," kenang Muhlis tentang awal mula ekspor kopi ke mancanegara.

Dipaksa oleh keadaan, Muhli lantas memberanikan diri untuk merambah pasar internasional seiring pasar lokal yang lesu akibat pandemi.

“Meski takut, ya sudah tidak ada cara lain. Kopi terus berdatangan dan petani butuh pemasukan. Nekat, akhirnya coba rambah pasar internasional,” ungkapnya.

Berbekal pengetahuan bisnis selama tempuh pendidikan di Bogor, Muhlis kemudian mempelajari sistematika pengiriman kopi ke pasar mancanegara sembari mencari pelanggan baru dari negara lain dengan harapan dapat terus mempertahankan bisnis kopi Walida Argopuro rintisannya.

Siapa sangka, di tengah kondisi tersebut, sample kopi Argopuro produksi Pokmas Walida dilirik oleh pelanggan internasional karena citarasa khas dan aromanya yang nikmat. Singkat cerita, produsen kopi dari Negeri Paman Sam, Sustainable Harvest memesan 1 kontainer kopi Argopuro.

“Setelah berhasil dapat pelanggan, saya kemudian mempelajari sistematika ekspor kopi dan ternyata, Alhamdulillah kopi merupakan salah satu komoditas yang dimudahkan perizinannya oleh pemerintah,” bebernya. 

Melalui kehadiran Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 2 Tahun 2022, pengusaha kopi seperti Muhlis dipermudah dalam merambah pasar mancanegara seiring dihapuskannya ketentuan mengenai Eksportir Terdaftar Kopi (ETK), yang berlaku sejak 15 November 2021. 

Masuknya komoditas pertanian seperti Kopi dalam 46 sub sektor prioritas reklasifikasi kebijakan makroprudensial akomodatif Bank Indonesia semakin mendorong Muhlis yakin untuk rambah pasar mancanegara dan kenalkan kopi khas pegunungan Argopuro kepada dunia.  

"Pertimbangannya kan kurs dollar waktu itu, harga di kita cocok, di buyer juga cocok. Akhirnya langsung deal dan kita siapkan barang untuk dikirim," kenang Muhlis. 

Setelah melengkapi dokumen dibutuhkan serta peroleh uang muka dari pembeli, sebanyak 19,2 ton arabika green beans pegunungan Argopuro dikirimkan menuju Amerika dalam sebuah kontainer. 

Keberhasilan ekspor kopi tersebut disambut antusias oleh masyarakat. sumbermalang dengan tasyakuran bersama pengolah dan petani kopi setempat. 

“Setelah sukses ekspor, sebenarnya kita mau syukuran biasa saja. Tapi ibu-ibu mendesak untuk bikin acara gede dan akhirnya kita adakan syukuran bersama ekspor kopi Argopuro ke Amerika itu," tutur Muhlis. 

Ia menegaskan, keberhasilan Pokmas Walida dengan produk kopinya bukan hasil karyanya semata, namun merupakan karya dari 350 orang pengolah dan 425 orang petani kopi di lereng pegunungan Argopuro, Situbondo. 

Kini, Pokmas Walida, Sumbermalang, Situbondo dengan merek kopi Argopuro Walidanya semakin dikenal oleh para penikmat kopi. Seiring perkembangannya, Pokmas Walida secara stabil dapat memproduksi puluhan ton kopi kualitas premium setiap musim panennya.

Usai bangkit dari Pandemi dengan ekspor kopi Situbondo ke Amerika, Pokmas Walida besutan Muhlis kini terima pesanan rutin dari berbagai negara seperti Singapura, Dubai, Korea, Jepang, Belanda dan Slovakia. ”Dan terus kami pertahankan dan kembangkan kualitasnya,” pungkas petani sekaligus produsen kopi di Situbondo itu. (*)

Pewarta : Agus Miftahurrahman
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.