TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Bagi Pak Tari, buruh tani berusia 76 tahun di Blok Tegalan, Dusun Gunung Wurung, Desa Opo-opo, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, pagi itu terasa berbeda. Sepasang sandal jepitnya tak akan lagi terbenam dalam lumpur seperti biasanya. Jalur kecil yang selama ini menjadi rintangan harian kini terasa kokoh di bawah telapak kakinya.
“Sekarang kami tidak takut jatuh lagi. Jalannya sudah enak. Dulu kami kesulitan untuk lewat sini, licin dan berlumpur,” katanya sambil tersenyum lega.
Jalan yang dimaksud adalah penghubung antara Blok Kedung Miri dan Blok Tegalan, desa setempat. Bertahun-tahun, jalan ini hanyalah hamparan tanah merah yang berubah menjadi lumpur licin setiap kali hujan turun. Para buruh tani, termasuk Pak Tari, kesulitan akibat jalan licin berlumpur.
"Biasanya para buruh sering menitipkan kendaraan mereka di rumah warga saat melewati jalan ini, karena jalannya licin dan berlumpur," imbuh Pak Tari.
Namun kini, tanpa seremoni megah, perubahan itu hadir nyata. Jalan setapak itu telah dibeton selebar 1,5 meter sepanjang 307 meter. Langkah kaki warga tak lagi ragu, kendaraan roda dua pun bisa melaju tanpa terpeleset.
“Mayoritas warga adalah buruh tani. Jalan ini satu-satunya akses kami ke ladang. Kami cukup kesulitan, terutama saat musim penghujan. Sekarang alhamdulillah sudah lebih aman,” jelas As'ad, salah satu warga.
Muhaimin Asyatta, Kepala Desa Opo-opo mengungkapkan bahwa, ada lebih dari 50 KK yang tinggal di wilayah tersebut. Perbaikan jalan ini dibiayai melalui Bantuan Keuangan Kabupaten. Sebagai langkah perlindungan tambahan, Tembok Penahan Tanah (TPT) dibangun di beberapa titik yang rawan longsor.
Meski hanya sepotong jalan kecil di pelosok desa, dampaknya begitu besar. Anak-anak tak lagi takut jatuh saat berangkat sekolah. Hasil panen bisa diangkut lebih mudah. Dan para buruh tani, yang selama ini dipinggirkan oleh narasi besar pembangunan, kini merasa lebih dihargai.
Di tengah dinamika pembangunan nasional yang sering kali berfokus pada infrastruktur besar, cerita dari Desa Opo-opo ini menjadi pengingat: bahwa kemajuan juga bisa hadir dalam wujud yang sederhana. Bahwa jalan kecil yang tak lagi berlumpur bisa menjadi tanda perubahan besar bagi kehidupan banyak orang.(*)
Pewarta | : Abdul Jalil |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |