TIMES JATIM – Perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat asal Kabupaten Banyuwangi, PT Pasifik Harvest Indonesia, melaksanakan ekspor perdana produk sarden kaleng dengan total nilai barang ekspor senilai 157.017 dollar Amerika atau sekitar Rp 2,64 Miliar.
Acara pelepasan ekspor perdana ini digeber di lingkup perusahaan PT Pasifik Harvest Indonesia di Dusun Stoplas, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Rabu (30/4/2025).
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jawa Timur II, Agus Sudarmadi, dengan didampingi oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, melepas langsung ekspor perdana dengan tujuan ke negara Mozambique, Afrika Bagian Timur, dan Negara Kongo, Afrika Bagian Tengah.
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jawa Timur II, Agus Sudarmadi, mengatakan bahwa fasilitas kawasan berikat, salah satunya adalah tidak memungut bea masuk dan pajak impor atas pemasukan bahan baku.
“Jadi sebenarnya kita menganggap bahan baku tersebut hanya memindahkan proses di luar negeri ke dalam negeri untuk diolah. Jadi kita tidak mengambil pajak dari situ. Sehingga perusahaan dapat memberikan harga yang lebih kompetitif,” kata Agus, Rabu (30/4/2025).
Agus mengungkapkan, pihaknya senantiasa berkomitmen untuk memberikan dukungan terhadap industri dalam negeri untuk meningkatkan ekspor guna meningkatkan pendapatan devisa negara, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan membuka lapangan kerja.
“Selain itu, kami juga berkomitmen untuk mengembangkan industri dalam negeri serta memberikan bukti nyata produk Indonesia mampu bersaing di pasar Internasional,” ujarnya.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan bahwa ekspor perdana ini menjadi langkah penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat.
“Kami mengapresiasi keberhasilan PT Pasifik Harvest Indonesia dalam menembus pasar ekspor dengan memanfaatkan fasilitas kawasan berikat. Ini membuktikan bahwa Banyuwangi memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri perikanan yang kompetitif di pasar global,” tuturnya.
Ipuk juga menekankan bahwa pemerintah daerah akan terus berupaya mendukung para pelaku usaha, terutama dalam hal percepatan perizinan dan fasilitasi ekspor, sehingga semakin banyak produk lokal yang bisa bersaing di kancah internasional.
“Kami terus berupaya membangun iklim investasi yang lebih baik dengan perizinan yang lebih mudah dan cepat. Semoga ekspor dari PT Pasifik Harvest Indonesia ini dapat terus berkelanjutan,” tuturnya.
Sementara itu, Marketing Direktur PT Pasifik Harvest Indonesia, Sherly Indrawati Aminoto menyebut, permintaan sarden kaleng di luar negeri sangat besar. Menurutnya, permintaan dari negara-negara tujuan ekspor khususnya wilayah Afrika, selama ini melebihi kapasitas produksi.
“Sebut saja di Afrika, permintaan terhadap produk sarden kaleng sangat tinggi. Dalam satu bulan bisa mengirimkan 200 kontainer, dengan nilai sekitar Rp 1 miliar per kontainer atau total Rp 200 miliar per bulan,” ungkapnya.
Sherly juga berkomitmen bahwa pihaknya akan terus mendorong penjualan dari 100 kontainer perbulan, menjadi 1.000 kontainer perbulan.
“Target kami adalah menjadi yang terbesar di dunia. Kita melakukan terobosan supaya Indonesia semakin dikenal. Bukan cuma Thailand ataupun Vietnam doang yang dikenal,” ucap owner brand sarden Asahi itu.
Dengan ekspor perdana ini, PT Pasifik Harvest Indonesia dan Banyuwangi semakin menunjukkan potensi besar industri perikanan nasional di kancah global.
Dukungan pemerintah serta fasilitas kawasan berikat menjadi faktor utama yang mendorong kelancaran ekspor dan daya saing produk Indonesia di pasar internasional. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |