https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Ketekunan Pengrajin Muda Batik Mojo Kabupaten Malang, Belajar dari Nol Kini Jadi Bisnis Keluarga

Sabtu, 25 Januari 2025 - 13:06
Ketekunan Pengrajin Muda Batik Mojo Kabupaten Malang, Belajar dari Nol Kini Jadi Bisnis Keluarga Pengrajin Batik Mojosari, Kepanjen, Kabupaten Malang, saat mengerjakan pewarnaan pada kain batik lokal yang mampu eksis tersebut. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MALANG – Kerajinan lokal membatik khas Kabupaten Malang terus mencoba tetap bisa eksis di tengah menjamurnya jenis usaha lainnya. Kini, beberapa tempat kerajinan batik bahkan mulaui banyak ditekuni kalangan muda. 

Usaha kerajinan batik Mojo, di Kepanjen, Kabupaten Malang, adalah salah satu yang terus dipertahankan. Bermula dari nol, Batik Mojo Kepanjen pun tetap produktif dengan motif-motif khas dan tematik yang dibuat. 

Kerajinan batik Mojo ini, ada di Dusun Mojosari, RT 01/RW 01 Desa Mojosari, Kepanjen, Kabupaten Malang, yang dikelola Elok Evi. Kepada TIMES Indonesia, ia mengaku baru menekuni membatik sejak tahun 2019 silam. 

"Awalnya ya, tidak bisa sama sekali bagaimana membatik. Tidak ada (mewarisi) keturunan pembatik juga. Saya belajar dari mentor, dan tetap tertarik menggeluti batik Mojo sampai saat ini," kata Elok Evi, sat ditemui di tempat produksi dan galeri Batik Mojo miliknya. 

Ketika sudah memulai menekuni kerajinan batiknya, Evi mengaku sempat vakum hampir dua tahun, karena memang situasi pandemi beberapa waktu lalu. Akan tetapi, ia tetap bertahan dan terus berusaha memproduksi batik di rumahnya.

Batik-Mojosari-a.jpg

Boleh dibilang, Evi adalah pengrajin ulet. Ia mengaku, sebelumnya membuat kerajinan hantaran, disusul kemudian memproduksi kerajinan tangan tas tali. 

"Ya, sempat vakum dua tahun memang selama pandemi, tetapi Saya teruskan lagi. Dibanding membuat hantaran dan tas tali, membuatnya ketika ada pesanan atau musiman saja. Tetapi, kalau kerajinan batik ini cukup stabil peminatnya. Jadi, Saya coba tetap konsisten batik," terangnya. 

Soal motif batik yang dibuatnya, Evi menyatakan lebih mengikuti permintaan konsumen, dimana pasar kain batik memang selalu ada, karena batik juga bisa dijadikan busana resmi pegawai. 

Motif batik Garudeya memang menjadi pilihan tren yang selalu dibuatnya. Terlebih, beberapa waktu terakhir batik Garudeya memang terus dikampanyekan supaya menjadi pakaian resmi acara bersama. 

Meski demikian, Evi juga tidak meninggalkan motif lain, dengan tetap memasukkan unsur motif khas Kabupaten Malang yang lagi tren saat ini. Termasuk, membuat batik mermotif daun dari teknik eco-print. 

Dalam memproduksi batik Mojo sehari-hari, Evi dibantu lima orang pengrajin yang rata-rata masih usia belia. Sebagaian bahkan memproduksi batik ini, dengan kesibukan lain kuliah. Seperti dua orang bersaudara, Khurin dan Shinta. 

Akan tetapi, untuk pembuatan motif dasar dan mencanting, Evi membutuhkan pengrajin khusus yang memang sudah mahir dan pengalaman. Sedangkan, pengrajin lain yang masih muda, lebih banyak mengerjakan cap dan pewarnaan batik. 

Selain berupa lembar kain batik, Batik Mojo dibuat dalam kreasi lain, seperti syal atau slempang dan ikat kepala (udeng), yang biasanya dijual dalam satu paket. 

"Motifnya secara umum di sini adalah batik Kaputren, dengan corak warna lebih tajam. Selebihnya, motif batik Garudeya, karena memang sekarang banyak dipakai ASN maupun pegawai pemerintahan," demikian Evi. 

Menurutnya, tahun-tahun pertama kain batik belum tentu terjual. Namun ini tidak menciutkan semangatnya untuk terus memproduksi. 

"Setelah ada imbauan seragam batik, terutama yang bermotif Garudeya, alhamdulillah ada saja pembeli. Bahkan, jika pembelian untuk seragam pegawai, maka bisa 35 sampai 65 kain terbeli," terangnya. 

Ia juga tidak mau hanya mengandalkan pembeli datang ke galerinya. Sebaliknya, hasil produksi batik Mojo juga sudah dititipkan ke galeri Dekranasda Malang, ataupun galeri yang ada di kantor DPRD Kabupaten Malang. 

Dalam sehari, untuk motif kain batik dengan berbagai corak warna, pengrajin Batik Mojo bisa menghasilkan 6-8 lembar kain. Sedangkan, jika hanya satu corak warna, produksinya bisa lebih banyak sampai 12 lembar.

Sementara, produksi Batik Mojo Desa Mojosari Kepanjen ini menjadi bisnis keluarga. Namun, pemilik sekaligus pengrajin batik ini bertekad ke depan terus mengembangkan lagi, dengan produksi batik lebih banyak. 

Selain promosi dan penjualan langsung yang dilakukan sendiri, Evi berharap dukungan pihak pemerintah desa atau berbagai pihak, yang langsung maupun tidak ikut mengenalkan Batik Mojo. (*) 

Pewarta : Khoirul Amin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.