TIMES JATIM, SURABAYA – Surabaya Creative Network (SCN) menggelar Diskusi Urun Rembug Suroboyo 2022. Agenda ini merupakan kelanjutan dari Urun Rembug 2021 serta menjadi langkah konkrit untuk pengembangan ekonomi kreatif di Kota Surabaya.
Acara diskusi organisasi kreatif lintas sektor tersebut mengusung tema Obah Bareng Bangun Perekonomian Suroboyo dan berlangsung di Koridor Siola, Sabtu (26/2/2022).
Hadir para pemangku kebijakan beserta komunitas, pelaku, serta pengusaha kreatif di 17 subsektor industri kreatif. Kemudian para perwakilan akademisi, KADIN Surabaya, HIPMI Surabaya, serta lintas asosiasi. Mereka melakukan diskusi terkait peran sinergitas hexahelix sebagai motor penggerak untuk ekonomi kreatif dengan penerapan Asta Kreasi Kota.
Ketua Surabaya Creative Network Hafshoh Mubarak mengatakan, pihaknya bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan lintas lembaga akan bahu membahu mewujudkan program bersama.
"Kami akan membuat suatu agregator bagaimana untuk membuat percepatan, bagaimana untuk meng-agregasi adanya ekosistem ekonomi kreatif di Kota Surabaya," jelas Hafshoh.
Hingga saat ini SCN telah menangkap berbagai masalah dan kebutuhan kota yang belum dikombinasikan atau dijahit dengan potensi industri kreatif. Misal para pelaku perfilman, media, akademisi dan sebagainya.
Pemkot Surabaya sendiri mengaku sangat membuka kolaborasi untuk menumbuhkan inovasi baru serta membutuhkan masukan dari para pemuda dan pelaku industri kreatif.
"Jadi ini adalah seperti momen kolaborasi pentahelix dan kita sedang bersama-sama membuat helix kelima yaitu sebuah agregator sistem ekonomi kreatif," ujarnya.
Hafshoh melihat selama ini kendala bagi para pelaku industri ekonomi kreatif cukup beragam. Seperti regulasi.
"Ketika ada beberapa aturan itu belum ada keberpihakan," tandasnya.
Kemudian edukasi. Para pelaku industri kreatif mengaku kesulitan mencari sumber daya manusia (SDM) atau pegawai.
Hafshoh juga mengatakan, pada tahun ini SCN mengusulkan Surabaya sebagai pusat bisnis kreatif Indonesia.
"Surabaya memang basicnya adalah kota dagang, basicnya adalah kota bisnis. Jadi kita jangan mengubah potensi itu, tapi kita meningkatkan potensi itu dengan potensi industri kreatif yang ada," kata dia.
Hafshoh merinci perputaran ekonomi industri kreatif di Kota Surabaya cukup besar mencapai Rp 300 miliar setiap tahun.
"Sampai terakhir ini kalau ngomongin pajak ya, mencapai lebih dari Rp 300 miliar per tahun. Memang belum besar," jelasnya.
Oleh sebab itu, Hafshoh berharap dengan kehadiran berbagai regulasi yang berpihak pada pelaku industri kreatif dapat meningkatkan value atau nilai tambah.
"Sehingga ketika perputaran ekonominya besar berarti efek atau manfaat yang didapatkan masyarakat juga tinggi," ungkapnya.
Sepanjang pandemi Covid-19, data SCN menyebut pergeseran pola dalam sektor industri kreatif. Banyak pekerja konvensional beralih menuju industri kreatif. Demikian juga sebaliknya.
"Kalau kita berbicara pandemi, kata kuncinya cuma satu yaitu survive dulu," ujar Hafshoh.
Oleh karena itu, urun rembug diharapakan dapat melahirkan regulasi dan program yang memiliki keberpihakan kepada para pelaku industri kreatif.
Saat ini terdapat 17 sub sektor yang bergabung dengan SCN. Antara lain food and beverage atau kuliner yang mengantongi jumlah anggota terbanyak.
Kemudian Desain Komunikasi Visual (DKV), film animasi video, desain interior, arsitek, penerbitan, seni pertunjukan, desain produk, craft dan fashion.
"Paling kecil penerbitan," kata Ketua Surabaya Creative NetworkHafshoh Mubarak. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Potensi Industri Kreatif Surabaya Capai Rp300 Miliar, SCN Dorong Regulasi
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |