TIMES JATIM, TULUGAGUNG – Sebagai wujud komitmen dalam mematuhi imbauan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan hasil rapat koordinasi Forkopimda Kabupaten Tulungagung terkait penertiban tugu perguruan silat, anggota PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) di Kabupaten Tulungagung mulai bergerak. Pada Senin (14/8/2023) siang, belasan anggota PSHT ranting Boyolangu secara simbolis melakukan pembongkaran relief simbol perguruan di tugu PSHT di Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu.

Ketua Ranting PSHT Kecamatan Boyolangu, Didik, mengatakan hal tersebut dilakukan sebagai bentuk komitmen pihaknya dalam mematuhi imbauan pemerintah terkait penertiban tugu perguruan pencak silat.

"Karena kita hidup di negara hukum, ada pemerintah yang mengatur, ada undang-undang dan sebagainya, jadi ketika pemerintah menghendaki tugu ini harus dibongkar atau gimana, ya kita ikuti," ujar Didik, Senin (14/8/2023).

Namun Didik menegaskan jika tugu PSHT yang berdiri di lahan milik Pemerintah Desa Sobontoro tersebut tidak akan dibongkar total. Tugu yang dibangun pada tahun 2018 tersebut akan dirombak, relief simbol-simbol perguruan di tugu akan dihilangkan dan diganti dengan gambar atau bentuk lain.

"Yang pasti tugu ini tidak dibongkar atau dihancurkan tetapi dialihfungsikan dengan gambar lain, mungkin tidak lagi gambar atau logo organisasi PSHT tetapi dialihfungsikan sesuai permintaan masyarakat setempat. Karena adanya tugu ini kemarin juga dibantu masyarakat, juga atas persetujuan masyarakat," tegasnya.

Lanjut Didik, sebelumnya dalam rapat koordinasi bersama Pemerintah Desa dan masyarakat lingkungan sekitar, masyarakat merasa keberatan jika tugu tersebut harus dibongkar total. Setelah melalui musyawarah dalam rapat tersebut akhirnya didapatkan kesepakatan jika tugu PSHT tersebut diserahkan ke pihak Pemdes Sobontoro dan dirombak menjadi tugu ikon desa.

"Dulu adanya tugu ini didukung masyarakat sehingga ketika sekarang mau dibongkar itu mereka merasa sayang, kalau memang tidak boleh tugu dengan logo itu ya kita alih fungsikan, mungkin dijadikan ikon desa," terang Didik.

Keberadaan tugu PSHT di Desa Sobontoro tersebut rencananya akan dirubah menjadi tugu ikon desa dengan gambar Pancasila, tokoh pahlawan nasional, atau bentuk lain yang tidak ada kaitannya dengan organisasi PSHT.

Didik menambahkan, dengan jumlah anggota PSHT di ranting Boyolangu yang mencapai seribuan orang, rencana perombakan tugu tersebut sempat menuai pro dan kontra. Namun setelah dilakukan pendekatan internal serta koordinasi yang baik akhirnya semua bisa menerima.

"Anggota itu juga banyak mungkin yang satu merasa keberatan dan lain sebagainya, tapi dengan koordinasi, dengan penuh pertimbangan, akhirnya semua bisa menerima," ungkap Didik.

Sementara itu, Kapolsek Boyolangu AKP Trinuartiko mengapresiasi tindakan PSHT ranting Kecamatan Boyolangu yang mengawali dan memberi contoh perombakan tugu tersebut. Menurut Kapolsek saudara-saudara dari PSHT tersebut sadar akan imbauan dari pemerintah daerah dan juga pemerintah propinsi terkait tugu perguruan.

"Semoga semuanya akan turut ikut dan mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh Ketua Ranting PSHT Kecamatan Boyolangu ini," kata AKP Trinuartiko.

AKP Trinuartiko menambahkan, selain tugu PSHT di Desa Sobontoro di wilayah Kecamahan Boyolangu ada satu lagi tugu perguruan yang rencananya juga akan diserahkan. Kapolsek berharap, rencana tersebut bisa berjalan lancar tanpa menimbulkan gesekan.

"Mudah-mudahan semua berjalan lancar, tidak ada gesekan, semuanya sadar dan menyadari untuk NKRI, untuk perdamaian, untuk Kamtibmas yang kondusif," pungkasnya. (*)