TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita merupakan bagian dari kegiatan Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu. Kader PosyanduKota Probolinggo, Jawa Timur memanfaatkan sampah untuk mendukung program tersebut.
Bagaimana bisa PMT yang diharapkan menjadi amunisi Posyandu untuk menekan angka stunting didukung dengan sampah?
Di Kota Probolinggo, PMT didanai oleh Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. PMT didistribusikan melalui Puskesmas di masing-masing kecamatan kepada Posyandu.
Tiap bulan, masing-masing Posyandu menerima bahan pokok berupaka kacang hijau, gula pasir, sagu mutiara, dan sejenisnya dari Puskesmas.
Tidak terkecuali PMT yang diterima Posyandu Mawar, yang melayani Balita di RW 8 dan RW 9 Kelurahan Kedung Asem, Kecamatan Wonoasih, kota setempat.
Posyandu ini melayani 97 balita setiap bulannya. Kader Posyandu yang berjumlah lima orang harus mengolah bahan pokok menjadi PMT yang bernutrisi.
Ternyata, pengolahan bahan baku menjadi PMT yang siap dikonsumsi juga mengalami kendala. Di antaranya, bahan pelengkap seperti santan, gula merah, bahan bakar, dan wadah (cup) untuk PMT tidak disediakan oleh Puskesmas.
Hal ini yang mengilhami kader Posyandu Mawar untuk menciptakan sebuah aksi iuran posyandu kepada ibu-ibu dari balita peserta posyandu.
Aksi iuran ini bukan menggunakan uang. Ibu-ibu dari balita diminta membawa sampah yang layak jual. Seperti kardus, dan botol bekas air mineral setiap kali datang ke posyandu. Setidaknya aksi ini sedikit mengurangi beban dalam pengolahan PMT.
“Awalnya memang masih banyak yang enggan membawa sampah. Namun setelah kami jelaskan kondisi posyandu, terutama dalam hal pemenuhan PMT, mereka lama-lama sudah mulai terbiasa membawa sampah layak jual setiap kali datang,” kata Ketua Posyandu Mawar, Wiwik Abidin.
Selain untuk mendukung PMT, program yang disebut Randu Basah ini, juga mengatasi masalah sampah di lingkungan sekitar.
Tumpukan sampah di RW 8 dan RW 9 yang selama ini menjadi masalah, setidaknya bisa berkurang.
“Setiap kali pelaksanaan posyandu, kita selalu mengedukasi ibu-ibu untuk terus menjaga lingkungan. Jangan buang sampah di sungai. Daripada kardus, atau botol-botol plastik itu dibuang di selokan, atau dihanyutkan di sungai, kan mending dikumpulkan di posyandu. Selain lingkungan bersih, PMT juga bisa disajikan dengan optimal,” jelas Wiwik.
Secara terpisah, Kepala Puskesmas Wonoasih, dr. Elisa menyatakan, PMT merupakan stimulan untuk Posyandu. Ia menjadi pancingan bagi warga untuk menghidupkan posyandu.
Harapannya, stimulan ini bisa menggerakkan masyarakat. Menggerakkan warga untuk ikut berpartisipasi mengembangkan posyandu.
“Puskesmas merupakan pembina Posyandu. Jadi posyandu harus bisa berperan sebagai pos UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang sumbernya berasal dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat," kata Elisa.
Ia mengapresiasi Program Randu Basah dari Posyandu Mawar. “Kalau program itu berhasil, dan mampu mendanai PMT, justru itu lebih baik. Karena sejatinya posyandu itu swadaya masyarakat. Harus ditanggung bersama oleh masyarakat itu sendiri,” ujar Elisa.
Elisa berharap di tahun 2023, PMT bisa dianggarkan di dana kelurahan.
Sementara itu, Lurah Kedungasem Yudo Pratomo mengatakan, kegiatan posyandu tidak termasuk program yang boleh diakomodir dalam dana kelurahan, karena tidak masuk dalam kamus usulan Musrenbang Kelurahan.
“Dana di Kelurahan sangat terbatas. Jadi untuk PMT kami belum bisa mensupport. Kelurahan boleh mengangarkan tahun 2023," katanya.
Ia pun berterima kasih kepada kader Posyandu Mawar yang telah mengajak masyarakat berpartisipasi memikirkan optimalisasi pemberian PMT.
Kesadaran Masyarakat
Dalam prosesnya, Inovasi Randu Basah tergantung dari kesadaran peserta Posyandu dalam mengumpulkan sampah sebagai iuran.
Sampah-sampah ini dikumpulkan setiap kali pelaksanaan posyandu, tepatnya setiap hari Selasa pekan pertama setiap bulan.
Sampah yang terkumpul, kemudian dipilah oleh kader Posyandu, untuk dijual ke pengepul sampah yang ada di Kedung Asem. Hasilnya, akan dicatat di buku penerimaan setiap bulannya.
Uang ini yang nantinya akan dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan PMT di Posyandu Mawar.
Menurut informasi yang diterima dari Bappeda Litbang Kota Probolinggo, Randu Basah merupakan salah satu inovasi yang menarik.
Bappeda Litbang juga mengagendakan kunjungan delegasi dari Kota Helsingborg, Swedia, ke Posyandu Mawar untuk melihat proses iuran sampah itu. Delegasi Kota Helsingborg sendiri akan berada di Kota Probolinggo mulai dari 30 Juli sampai 7 Agustus tahun ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Posyandu Mawar Kota Probolinggo Manfaatkan Sampah Dukung PMT
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Deasy Mayasari |