TIMES JATIM, KEDIRI – Sucipto menatap lurus jalan yang setiap hari ia lalui ketika harus pergi ke ladang. Terbersit sekilas senyum di wajahnya saat melihat jalan setapak itu kini telah hilang, berubah menjadi jalan yang lebih kokoh dan tertata.
Jalan setapak, yang dipisahkan aliran sungai tanpa jembatan tersebut merupakan saksi bagaimana Sucipto dan warga sekitar Desa Pagung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri setiap hari pergi ke ladang dan membawa pulang hasil panen mereka.
Jalan setapak itu memiliki jalur cukup menantang, mirip dengan bentuk huruf V. Saat berangkat ke ladang warga harus melalui jalur menurun yang cukup curam, dengan sebuah aliran sungai membentang di bagian bawah. Aliran sungai itu memiliki lebar kurang lebih 2 meter. Tidak ada jembatan atau penghubung di atas aliran sungai kecil itu.
Di musim hujan, warga yang ingin ke ladang, mau tidak mau harus rela berbasah-basah saat melewati arus sungai. "Ya biasa, melewati sungai. Kalau sungainya banjir nunggu surut dulu," cerita Sucipto, Selasa (05/11/2024).
Setelah itu warga dihadapkan dengan jalur menanjak, sebelum akhirnya menempuh jalur landai menuju ladang mereka.
Saat hujan tiba, tantangan untuk pergi ke ladang makin besar. Permukaan tanah semakin sulit untuk dilewati saat terkena air hujan. Tidak hanya itu, aliran sungai yang berada di ujung turunan jalan, debit airnya semakin meningkat saat turun hujan.
Jika tidak berhati-hati dan tidak bisa mengendalikan kendaraan yang ditumpangi, warga bisa saja tercebur ke sungai. Akibatnya, tidak jarang warga memilih mengalah. Menanti hujan reda, sambil menunggu debit air di sungai turun sampai bisa diseberangi. Baik itu untuk warga yang akan berangkat ataupun baru pulang dari ladang.
"Kalau musim hujan tidak berani (melewati sungai). Nunggu dulu di pinggir sungai," tambahnya.
Bahkan saat hujan turun dengan sangat deras, tidak jarang warga terpaksa harus meliburkan diri, karena tidak bisa pergi ke ladang. Semakin deras hujan, semakin tinggi debit air di sungai membuat perjalanan makin beresiko.
Begitu juga mereka yang sudah terlanjur berangkat ke ladang. Alih-alih nekat untuk pulang, warga terpaksa harus berdiam diri cukup lama di gubuk mereka yang ada di ladang. Menanti air sungai surut, agar bisa menyeberang dengan aman.
"Pernah menunggu 1 jam-1,5 jam, melihat kondisi hujan juga. Sungainya jadi besar kalau musim hujan," tuturnya.
Datangnya musim panen, menjadi momen dimana warga harus mengeluarkan tenaga ekstra. Kondisi jalur tadi, membuat warga tidak bisa membawa hasil panen sekaligus dalam jumlah besar. Dengan kondisi jalur tadi, warga terpaksa mengangkut hasil panen sedikit demi sedikit dengan menggunakan sepeda motor ataupun dengan dipanggul.
Saat melewati sungai tadi warga selalu ekstra hati-hati. Salah perhitungan atau terburu-buru, bisa mengakibatkan warga terpeleset, dan membuat hasil panen mereka berjatuhan.
Hal yang sama juga dialami warga yang melewati jalur tersebut untuk mencari rumput pakan ternak. "Sudah pasti kesulitan. Kalau jatuh biasanya dibantu teman-teman," jelasnya lagi.
Cerita itu kini menjadi cerita lama. Jalan setapak yang kontur tanahnya hancur saat hujan, itu kini telah tergantikan jalan baru yang lebih kuat.
Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122 Kodim 0809/Kediri membuat jalan baru dengan tambahan pondasi batu kali, untuk memperkokoh jalan tadi. TMMD ke 122 Kodim 0809/Kediri sendiri dibuka pada Rabu, 2 Oktober 2024, dan ditutup pada 31 Oktober 2024.
Selama sebulan terakhir, Satgas TMMD membangun jalan baru sepanjang kurang lebih 1,5 km. Tidak hanya itu, aliran sungai di ujung turunan kini bisa diseberangi dengan mudah berkat adanya bendungan kecil yang dibangun.
Sepeda motor warga sampai kendaraan roda empat kecil seperti pick up kini bisa melewati bendungan tadi dengan aman dan lancar.
Apalagi jalan baru tersebut, juga turut menghubungkan wilayah Desa Pagung dengan Desa Tiron, kecamatan Banyakan.
"Dulu jarang yang melewati jalan itu. Mungkin cuma 10 orang yang lewat. Tapi sekarang sudah bisa dilewati dengan mudah. Warga jadi terbiasa lalu lalang lewat jalan baru," tutur Kepala Desa Pagung Supriyadi.
Mengangkut hasil panen ataupun rumput pakan ternak kini makin mudah bagi warga. Hasil panen bisa diangkut secara bersamaan, tanpa takut terjatuh. Warga pun bisa lebih hemat tenaga dan biaya saat pergi ke ladang.
" Dulu dilewati roda dua saja susah. Warga desa juga ada yang mengolah lahan perhutani, itu kalau tanam, kalau panen itu dulu kesulitan. Sekarang lebih mudah untuk warga. Cari pakan ternak juga lebih dekat dan lebih mudah," ungkapnya.
Jalan baru itu, merupakan sebuah bukti nyata, kehadiran TMMD ke 122 Kodim 0809/Kediri memberikan dampak manfaat besar kepada masyarakat. Kegiatan perekonomian warga, mulai dari awal menanam di ladang sampai panen kini makin mudah.
Warga tidak perlu takut lagi saat hujan tiba. Sungai kecil yang selama ini menjadi salah satu tantangan, kini dengan nyaman dan aman bisa diseberangi
Ketahanan Air Warga Desa Pagung Makin Terjaga
Wilayah desa Pagung yang berada di lereng Wilis, memiliki karakter kering saat musim kemarau. Di momen seperti ini, para petani terpaksa harus memutar otak untuk mendapatkan pasokan air untuk bercocok tanam.
Akibatnya saat musim kemarau, para petani tidak bisa optimal dalam menggarap sawah dan ladang. Selama musim kemarau, sawah-sawah di wilayah tersebut memang terlihat sepi dari tanaman. "Ini kan musim kering, kita tidak bisa menanam," tutur Supriyadi.
Kesulitan tersebut kini terkikis berkat kehadiran sumur bor yang dikerjakan Satgas TMMD ke 112 sebagai salah satu sasaran fisik. Selama ini, menurut Supriyadi, para petani Pagung hanya bisa menanam dua kali. Momen dua kali tanam itu penuh dengan tantangan, mengingat ketersediaan air yang ada.
Dengan adanya sumur bor itu, para petani kini akan lebih terbantu saat bercocok tanam. "Insyaallah kalau ada sumur bor tersebut, itu kita bisa tanam sampai 3 kali, yang kemarin itu cuma 2 kali," ungkapnya.
Selain irigasi sawah kini lebih terbantu, warga pun makin mudah mendapatkan air bersih. Sumur air bersih dengan air siap minum turut dibangun Satgas TMMD ke 122 di desa Pagung.
Masyarakat desa Pagung sebelum ini menggantungkan ketersediaan air bersih pada aliran air Sumber Podang melalui pipanisasi. Musim hujan yang seharusnya menjadi berkah karena ketersediaan air bisa melimpah, justru terkadang merepotkan warga.
Pasalnya saat musim hujan tiba aliran air dari Sumber Podang keruh karena aliran air terkadang turut membawa lumpur. Keberadaan sumur air bersih, tidak hanya memudahkan warga mendapatkan air bersih tapi juga siap minum.
"Lebih bersih, langsung bisa diminum, tidak perlu merebus. Kalau dari pipa harus direbus dulu, kalau tidak direbus ya tidak layak konsumsi," jelas Supriyadi.
TMMD 122 Tingkatkan Pemberdayaan Masyarakat
Selain sasaran fisik seperti pembangunan konektivitas serta pengairan, dalam TMMD ke 122 juga terdapat sasaran non fisik.
Selama sebulan terakhir, masyarakat desa Pagung mendapatkan sejumlah pembinaan dan pelatihan pemberdayaan masyarakat. Mulai dari workshop tata boga, tata busana, peternakan, pembuatan pupuk organik serta pelatihan antisipasi bencana.
Pelatihan pemberdayaan tersebut memberikan harapan baru bagi warga desa. Mereka yang sebelumnya menggantungkan hidup dari pertanian, kini makin kaya ilmu dan makin termotivasi untuk berwirausaha.
Pelatihan tata busana itu diikuti kurang lebih 20 peserta. Semangat tinggi terlihat dari para peserta yang ikut ambil bagian. Selama 15 hari, para peserta mendapatkan bimbingan pelatihan menjahit sampai bisa merancang dan membuat busana sendiri. Ilmu menjahit, baik teori sampai praktek diberikan kepada masyarakat Desa Pagung.
Bahkan saking semangatnya, dituturkan Supriyadi, beberapa warganya langsung berani berwirausaha setelah mengikuti pelatihan menjahit tersebut.
"Setelah diuji itu ada yang langsung beli alatnya. 4 orang langsung beli untuk usaha mereka. Jadi sangat bermanfaat, untuk kewirausahaan sangat bermanfaat sekali," tukas Supriyadi.
Semangat Baru Menatap Masa Depan
Supriyadi yang sudah dua periode menjabat sebagai kepala desa, mengakui TMMD ke 122 Kodim 0809/Kediri memberikan banyak dampak positif bagi warga desa Pagung.
Berbagai pembangunan dan juga bekal pemberdayaan masyarakat yang diterima selama pelaksanaan TMMD ke 122, menggelorakan semangat baru bagi warga desa.
Kehadiran para prajurit, anggota Satgas TMMD ke 122 juga makin merekatkan kekompakan diantara para warga desa. Selama hampir sebulan, para prajurit yang bertugas di lokasi TMMD ke 122 memang sangat dekat dengan warga.
Mulai dari makan, beribadah, memanen hasil kebun, sampai kerja bakti membersihkan kawasan lokasi TMMD ke 122 dilakukan para prajurit bersama warga.
Kehadiran Satgas TMMD turut menularkan semangat positif dan persatuan diantara warga Desa Pagung. "Selain bertambah ilmunya, warga juga semakin guyub rukun, makin terlihat kekompakannya. Warga semangatnya lebih tinggi, dalam hal apapun," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |