TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Fotografi adalah bagian penting dari kehidupan manusia di era modern. Kita dapat dengan mudah mengabadikan momen melalui berbagai sarana seperti kamera HP, DSLR, dan lainnya. Fotografi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, dan kita semua memiliki tanggung jawab moral untuk mendokumentasikan sejarah demi literasi dan cerita yang lebih kaya.
Sadar akan pentingnya hal tersebut, beberapa komunitas fotografi di seluruh Indonesia melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman visual melalui Perpustakaan Fotografi Keliling (PFK). PFK akan mengunjungi berbagai wilayah di Indonesia dan berisi koleksi buku dari karya seniman fotografi Indonesia yang telah diterbitkan.

Tentu saja, beberapa buku fotografi dalam koleksi ini tidak tersedia di banyak toko, dan sebagian besar hanya beredar di kalangan komunitas fotografi. Dengan adanya PFK, harapannya adalah semua warga Indonesia dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang dokumentasi dan penyimpanan arsip, yang akan berkontribusi pada kekayaan literasi dan cerita di seluruh Indonesia.
Hendy T Purnomo, seorang fotografer senior dari Sumber Wetan, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, yang merupakan penanggung jawab PFK wilayah Probolinggo, berharap tujuan ini dapat tercapai di Probolinggo. Bahkan, Koper besi Perpustakaan Fotografi Keliling kini telah membuka layanannya di Probolinggo selama seminggu, mulai dari 20 September hingga 28 September. Setelah itu, Perpustakaan ini akan dipindahkan ke Denpasar.
"Di Jawa Timur, kita memiliki Mojokerto dan Jember, dan kemudian kami memindahkan layanan ini untuk membuka Lapak di Probolinggo. Masing- masing daerah memiliki penanggung jawab sendiri. Hari ini adalah hari terakhir kami membuka Lapak di Probolinggo. Selanjutnya, kami akan mengirimkannya ke Denpasar melalui paket. Di sana juga sudah ada penanggung jawabnya," kata Hendy saat diwawancarai di Kafe And Distrik pada Kamis (28/9/2023).
Menurut Hendy, fotografi adalah bagian dari kebutuhan sehari-hari. Setiap momen yang dianggap penting, seperti berfoto selfie di tempat tertentu, berkumpul dengan teman, makan bersama, dan kegiatan lainnya, selalu diabadikan secara visual. Bahkan, dunia fotografi memiliki peran penting dalam berbagai sektor, termasuk pariwisata, kebudayaan, pendidikan dan berbagai kegiatan lain yang memerlukan dokumentasi visual.
"Dulu, dunia fotografi hanya dikenal dalam konteks jurnalistik dan prewedding saja. Padahal, fotografi memiliki peran yang luas dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, budaya, sejarah, wisata, dan lainnya," kata pria kelahiran 6 April 1966 itu.
Bagi Hendy, yang terpenting adalah kesadaran untuk mendokumentasikan dan mengarsipkan sejarah karena ini memiliki nilai penting untuk literasi di masa depan.
"Dunia fotografi merupakan bagian dari usaha pelestarian sejarah. Ketika kita mengambil foto saat ini, foto itu sudah menjadi bagian dari sejarah ketika satu menit telah berlalu, meskipun hanya satu menit yang lalu," katanya.
Tidak hanya itu, fotografi juga memiliki peran penting di dunia pendidikan. Fotografi adalah cara yang paling sederhana untuk berbagi cerita dan kisah. "Banyak foto yang dapat menyampaikan cerita, dan hal itu lebih mudah dipahami oleh pembaca," ujarnya.
Yang tidak kalah pentingnya, meskipun saat ini fotografi dan publikasi menjadi sangat mudah, setiap individu harus memahami apa yang perlu dipublikasikan untuk umum dan apa yang lebih cocok untuk keperluan pribadi.
"Hal itu ibarat dua mata pisau. Jika penanganannya salah atau kurang bijak dalam mendokumentasikan dan mempublikasikan, maka akan berdampak berbahaya, baik bagi dirinya maupun orang lain," tutup Hendy salah satu fotografer senior di Probolinggo. (*)
Pewarta | : Ryan H |
Editor | : Muhammad Iqbal |