TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Menjadi lulusan perguruan tinggi dengan gelar akademik tentu memiliki kebahagiaan tersendiri. Namun, kebahagiaan itu seketika menjadi hambar jika tidak dibarengi dengan pekerjaan alias pengangguran. Hal itu dirasakan oleh dua sekawan asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini.

Mereka adalah Sholeh Adnan dan Erwin Hidayat, asal Desa Patemon, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Keduanya merupakan pelajar lulusan perguruan tinggi yang telah wisuda pada tahun 2021 lalu.

Usai wisuda dan menyandang gelar sarjana, mereka tidak langsung mendapatkan pekerjaan dan penghasilan tetap. Beberapa surat lamaran sudah dilayangkan ke berbagai instansi, namun hasilnya nihil.

Nekad Memulai Bisnis Kopi

Akhirnya, mereka memutuskan untuk memulai berwirausaha. Dua sekawan ini cukup lama berdiskusi untuk mengatur strategi penjualan yang tepat. Agar bisnisnya bisa segera berkembang pesat.

Mereka memutuskan untuk mengawalinya dengan berjualan kopi di media sosial dan marketplace. Kebetulan negeri ini sedang dilanda pandemi covid-19 kala itu. Sehingga tidak memungkinkan untuk berjualan offline atau door to door.

Sebagai langkah awal, mereka mencari modal ke BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat. Nominal yang didapatkan sebesar Rp 10 juta.

Pinjaman modal itu lantas digunakannya untuk membeli biji kopi dari petani kopi lokal. Kopi itu diproses sendiri hingga menjadi kopi bubuk dengan berbagai varian, di antaranya arabika dan robusta.

Kebetulan Erwin pernah belajar cara produksi kopi. Sehingga dia langsung mempraktekkannya. Dari menjemur kopi, sangrai, hingga menjadi bubuk kopi.

Sedangkan Sholeh membantunya dengan promosi di media online. Kopi yang telah diproduksi itu dikemas dalam kemasan berukuran 250 gram. Di luar kemasan itu ditempel stiker brand mereka dengan nama Octan Coffee.

“Produknya saya foto, lalu fotonya diunggah di media sosial dan marketplace. Hampir semua media sosial kami manfaatkan, terutama Instagram dan Facebook,” ungkap Sholeh.

Mereka selalu rutin mengunggah foto produk setiap hari. Terkadang beberapa unggahannya dibumbui sebongkah kata-kata mutiara. Agar pembeli tertarik dan mencoba produk mereka.

Metode pemasaran yang dilakukan mereka, dapat dibilang cukup kreatif. Terlebih lagi Sholeh memang pandai desain grafis. Sehingga konten yang diunggah selalu berwarna dan penuh makna tentang kopi.

“Cuman penjualan pada tahun pertama itu sangat minim. Bisa dibilang belum mampu kembalikan modal,” kata Sholeh.

Pesanan Meningkat di Marketplace

Menginjak di tahun 2022, bisnis kopi miliknya mulai banjir pesanan. Setiap bulan, pesanan di marketplace shopee dan tokopedia bisa tembus hingga puluhan kemasan. Setiap kemasannya dibandrol dengan harga Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu.

Dalam waktu singkat pesanan mereka di pasar online mengalami kenaikan grafik yang signifikan. Keuntungan dari penjualan tersebut bisa tembus hingga Rp 2 juta dalam satu bulan.

Penghasilan dari penjualan itu tak seluruhnya dibagi berdua. Mereka selalu menyisakan untuk tabungan bisnis. Agar nanti dapar dimanfaarkan untuk kebutuhan bisnis mendesak. Sehingga tak perlu bingung lagi jika ada pesanan banyak.

“Kalau di media sosial penjualannya tidak dikirim. Kami sering COD dengan pembeli. Namun hanya pembeli di dalam kota,” papar pria lulusan kampus negeri di Jember itu.

Setelah memiliki uang kas yang cukup besar, mereka berinisiatif untuk mendirikan warung kopi lesehan. Namun aktivitas penjualan di toko online masih tetap berjalan.

Bahkan saat ini, bisnis kopi dengan brand Octan Coffee itu sudah cukup sering terlibat dalam event-event besar. Bahkan brand Octan Coffee itu juga sudah pernah melapak bersama deretan pelaku kopi di event bergengsi tahunan Kabupaten Probolinggo, Festival Kopi.