TIMES JATIM, BANYUWANGI – Masyarakat Hindu di Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, menunjukkan semangat toleransi dalam perayaan Hari Raya Nyepi 2025 dengan menggelar pawai ogoh-ogoh pada pagi hari. Keputusan ini diambil sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Muslim yang sedang menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyuwangi, Sardiyanto, menjelaskan bahwa keputusan ini lahir dari musyawarah dengan berbagai pihak, termasuk tokoh agama dan masyarakat setempat.
“Kami ingin menjaga kerukunan antarumat beragama. Dengan menggelar pawai ogoh-ogoh pada pagi hari, kami berharap tidak mengganggu ibadah puasa dan kegiatan keagamaan teman-teman Muslim,” ujar Sardiyanto, Sabtu (22/3/2025).
Pawai ogoh-ogoh biasanya digelar pada sore atau malam hari. Namun, pada perayaan kali ini, masyarakat Hindu di Purwoharjo menyesuaikan waktu penyelenggaraan agar tidak berbenturan dengan waktu berbuka puasa dan sholat tarawih.
Selain sebagai wujud penghormatan, pelaksanaan pawai pada pagi hari juga bertujuan untuk memberi kesempatan lebih banyak masyarakat, termasuk anak-anak dan keluarga, untuk ikut serta menyaksikan dan meramaikan acara.
Pawai budaya ini mengusung tema "Manavaseva, Madhavaseva Menuju Indonesia Emas 2045" dan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB. Rutenya dimulai dari Lapangan Karetan dan berakhir di Lapangan Purwoharjo. Sebanyak 26 ogoh-ogoh dari berbagai banjar di Kecamatan Purwoharjo dan sekitarnya turut serta dalam parade ini.
Beragam ogoh-ogoh yang diarak dalam pawai menampilkan berbagai tema, mulai dari mitologi Hindu hingga isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat. Kreativitas dan semangat gotong royong dalam pembuatan ogoh-ogoh menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang menyaksikan.
Salah satu warga Muslim Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Tri Rahmawati, menyambut baik keputusan masyarakat Hindu dalam menyesuaikan waktu pawai ini.
“Langkah ini patut diapresiasi. Selain tidak mengganggu berbuka puasa, pawai di pagi hari justru memberikan suasana yang lebih segar dan kondusif bagi masyarakat untuk menyaksikan acara dengan nyaman,” ujarnya.
Penyelenggaraan pawai ogoh-ogoh di pagi hari ini menjadi cerminan nyata bagaimana keberagaman budaya dan agama dapat berjalan berdampingan secara harmonis. Langkah ini diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menjaga kerukunan antarumat beragama.
Dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap penyelenggaraan pawai ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling menghormati. Semangat toleransi yang terjalin di Banyuwangi menjadi bukti bahwa perbedaan keyakinan bukanlah penghalang bagi kebersamaan dan persatuan.
budaya dan agama dapat berjalan berdampingan secara harmonis. Dukungan dari berbagai elemen masyarakat menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi dalam menjaga kerukunan di tengah perbedaan. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |