TIMES JATIM, PACITAN – Kabar baik untuk warga masyarakat, Pemkab Pacitan, Jawa Timur pada bulan November 2022 mendatang rencanaya akan kembali mengelar festival rontek setelah sekiat lama tiarap akibat pandemi Covid-19.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbudpora) Pacitan, Turmuzi mengatakan pihaknya akan menghidupkan kembali event-event yang dapat mendongkrak kebudayaan, ekonomi masyarakat Pacitan.
Menurutnya jika rontek berjalan otomatis banyak orang yang menyaksikan dan pedagang pun akan laris.
"Jadi kita bangkitkan kembali menghidupkan kembali event-event yang dapat mendongkrak kebudayaan, terus otomatis ekonomi di sekitar meningkat," katanya, Selasa (13/9/2022).
Untuk menuju itu, pihaknya dalam waktu dekat akan mengumpulkan para budayawan lokal Pacitan untuk dimintai saran dan masukan bagaimana konsep festival rontek di ujung tahun 2022 mendatang.
Kepala Disparbudpora Pacitan Turmuzi (Rojihan/TIMES Indonesia)
"Nah terkait konsepnya nanti kita akan kumpul dengan pegiat seni rapat bersama Pacitan bagaimana baiknya apakah konsepnya seperti sebelum pandemi Covid-19 atau ada perubahan," imbuhnya.
Dengan anggaran terbatas tak seperti dulu sebelum pandemi Covid-19 dia berharap fistival tahun 2022 ini bisa tetap berjalan namun bisa memiliki daya tarik masyarakat maupun wisatawan ke Pacitan.
"Kalau dulu kan mewah karena banyak anggarannya. Dengan sekarang anggaran yang kita ajukan kurang lebih Rp250 juta. Jangan sampai tidak meriah dengan memanfaatkan budaya lokal Pacitan," terangnya.
Selain itu Turmuzi mengaku ada masyarakat yang kangen dengan adanya kegiatan festival rontek dan menayakan kepadanya. Apalagi acara ini juga menunjang tercapainya visi-misi Bupati yakni masyarakat sejahtera dan bahagia.
"Ada masyarakat yang menanyakan kepada saya, kapan ada festival rontek lagi, selain itu juga sebagai bentuk mewujudkan visi misi Bupati Pacitan Indrata Nuraji," jelasnya.
Rontek merupakan salah satu bentuk kesenian khas Pacitan, Jawa Timur. Menurut kamus Bausastra kata 'Rontek' adalah panji-panji atau bendera kecil berlandaian tombak.
Rontek sendiri berasal dari kata Ronda dan Thethek. 'Ronda' adalah kegiatan berjalan berkeliling untuk menjaga keamanan atau berpatroli. Sementara 'Thethek' adalah meronda sambil memukul tongtong.
Jadi secara bebas, rontek bisa dimaknai sebagai aktivitas masyarakat meronda sambil memukul thethek.Kentongan (Thektek) terbuat dari potongan bambu dengan panjang kurang lebih 50 cm.
Awal mula Rontek merupakan aktivitas masyarakat Pacitan yang sedang ronda malam dengan menggunakan alat kentongan bambu atau oleh masyarakat setempat disebut Thethek.
Rontek ini pada mulanya hanya menjadi kegiatan tahunan saat bulan Suci Ramadhan, di mana tujuannya membangunkan warga untuk sahur. Pada kegiatan ini rontek dipukul dan biasanya dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti gong, saron dan kenong.
Dalam perjalanannya, Rontek tak hanya dilakukan dengan memukul kentongan tapi juga dilengkapi dengan instrumen-instrumen lain. Perbedaan instrumen ini mencerminkan harmonisasi yang sangat kuat.
Selain instrumen yang beragam, dalam penampilannya juga ada tarian.
Festival rontek sendiri pertama kali diadakan pada tahun 2011 lebih tepatnya tanggal 18-19 Agustus. Namun pada awalnya acara ini belum digelar berbentuk festival akan tetapi dalam bentuk lomba, baru di tahun selanjutnya berbentuk festival.
Festival ini sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Dalam agenda ini alat musik bambu tersebut dimainkan dan dipadukan dengan alat musik tradisional seperti gong dan gamelan, yang kemudian musik ini akan mengiringi lagu dan tarian.
Untuk memeriahkan festival rontek sebagai agenda tahunan Pemkab Pacitan ini, setiap kecamatan menghadirkan persembahan seni rontek dengan karnaval yang sangat kreatif seperti membuat tiruan kapal, replika kereta api dan lain sebagainya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kabar Baik, Pemkab Pacitan Akan Kembali Gelar Festival Rontek, Catat Tanggalnya
Pewarta | : Rojihan |
Editor | : Ronny Wicaksono |