https://jatim.times.co.id/
Berita

Populasi Ular Meningkat, Pakar Herpetologi UB Sebut Ada Rantai Makanan yang Putus

Sabtu, 21 Desember 2019 - 20:50
Populasi Ular Meningkat, Pakar Herpetologi UB Sebut Ada Rantai Makanan yang Putus Ular Piton. (Foto: Dok. TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MALANG – Pakar ular atau herpetologi Universitas Brawijaya (UB) Nia Kurniawan, D.Sc mengungkapkan fenomena teror ular yang kian marak memasuki permukiman warga.

Ia menyebut bahwa fenomena teror ular disebabkan salah satunya karena putusnya ekosistem rantai makanan. Dua pemangsa ular yakni elang dan musang dinilai semakin menurun populasinya.

Hal ini dianggap penyebab meningkatnya populasi ular. Apalagi masyarakat kurang ramah dengan dua jenis binatang pemangsa ular tersebut.

Nia-Kurniawan.jpgPakar ular atau herpetologi Universitas Brawijaya (UB) Nia Kurniawan, D.Sc. (foto: Naufal Ardiansyah/TIMES Indonesia)

"Pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan. Elang sekarang jarang. Garangan atau musang juga mengurang. Warga pasti mengusir musang, karena takut ayamnya dimangsa," kata Wawan saat ditemui TIMES Indonesia, Sabtu (21/12/2019) di Malang.

Ketika populasi pemangsa ular menurun, tentu kata dia, populasi ular semakin meningkat. Ular punya mangsa favorit, terutama ular kobra yang suka mangsa sejenis katak, kadal dan tikus.

Katak, tikus dan kadal, bagi kobra, menjadi sasaran empuk karena mempunyai kadar kalori tinggi. Sementara ular jenis piton, cenderung membiarkan karena bukan termasuk mangsa favoritnya.

Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA UB itu menerangkan fenomena teror ular yang merambah ke permukiman warga karena musim kemarau yang berkepanjangan.

Kata dia, saat musim kemarau, ular kobra memasuki masa perkawinan. Nah, masa itu lah ular jantan dan betina melakukan perkawinan.

Sedangkan musim hujan, ular mulai masuk masa bertelur. Proses menetasnya telur ular berlangsung singkat, sekitar 2-3 bulan.

Satu ular betina bisa menelurkan 10-30 telur. Dari puluhan telur tersebut, perkiraan menetas hingga hidup dewasa sekitar 20 ekor.

"Bisa dibayangkan bagaimana populasi ular berkembang. Itu baru sepasang ular. Belum lagi ular yang berkembang biak lainnya," beber pria yang juga Bendahara di Perhimpunan Herpetofauna Indonesia (PHI) itu.

Masa hidup ulang bisa mencapai 5-6 tahun. Hal ini tentu berbeda jika ular tersebut dirawat dan dipelihara.

"Makannya disuplai, bisa hidup lebih nyaman dan lama. Saya prediksi sampai Februari 2020 ular masih banyak bertelur," ujarnya.

Populasi ular yang belakangan ini meningkat memang bukan pertama. Musim kemarau yang berkepanjangan juga menjadi salah satu faktor.

"Masyarakat rajin-rajin bersihkan halaman rumah. Buat pintu kawat supaya ular tidak masuk. Kalau ketemu ular, jangan panik dan jangan dibuat mainan," jelas pakar herpetologi dari UB itu. (*)

Pewarta : Mohammad Naufal Ardiansyah
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.