TIMES JATIM, PACITAN – BPBD Pacitan menyiapkan armada tangki air untuk mengantisipasi potensi kekeringan di puncak musim kemarau tahun ini. Meski hujan masih sesekali turun, cuaca dalam dua hari terakhir terpantau sangat panas.
“Artinya meski puncak musim kemarau tapi masih sering turun hujan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Pacitan, Erwin Andriatmoko, melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik, Radite Suryo Anggoro, Senin (22/9/2025).
Menurut Radite, pemetaan kekeringan sementara masih mengacu pada data tahun lalu. BPBD juga terus berkoordinasi dengan kecamatan untuk memantau desa yang mulai kesulitan air bersih.
Pada pertengahan September 2024, 17 desa di Pacitan terdampak krisis air bersih akibat kekeringan, yang mempengaruhi 12.437 jiwa di 42 dusun.
“Kalau ada yang membutuhkan air bersih, kami minta segera bersurat ke BPBD. Kemarin ada desa yang sudah bersurat supaya dikirim air bersih, namun setelah kami asesmen kebetulan turun hujan. Jadi terpending, artinya belum bisa dikatakan sudah membutuhkan,” ujarnya.
Meski begitu, pihaknya tetap bersiaga. “Sebagai upaya saat ini, kami sudah koordinasi dengan desa dan kecamatan. Kendaraan tangki dan peralatan sudah kami siapkan,” tambahnya.
Suhu Ekstrem Tembus 35 Derajat Lebih
Suhu udara di Pacitan dan sebagian Jawa Timur pada 22 September tercatat mencapai 35,1 derajat celcius. Menurut BMKG, fenomena ini dipicu posisi matahari yang berada di sekitar khatulistiwa, minimnya tutupan awan, serta efek urbanisasi di wilayah perkotaan.
Kondisi langit yang cerah tanpa awan membuat radiasi matahari langsung mengenai permukaan bumi. Efek pulau panas perkotaan juga memperparah suhu lokal. Selain itu, gangguan atmosfer global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby bisa ikut memperkuat cuaca ekstrem di Jawa Timur.
“Mencapai 35,1 derajat celcius, termasuk panas. Dan ini bisa saja menyebabkan persediaan air baku tanah menyusut jika berlangsung cukup lama,” jelas Radite.
BPBD menegaskan, distribusi air bersih tetap dilakukan jika ada desa yang membutuhkan. Namun, syaratnya desa harus terlebih dahulu mengajukan permohonan resmi agar bantuan tepat sasaran.
Radite menyebut, kesiapan tangki air menjadi prioritas. Jika kemarau kering benar-benar terjadi, BPBD memastikan stok logistik dan armada mencukupi.
“Kami harap desa maupun kecamatan proaktif bersurat, sehingga kami bisa cepat merespons,” tegasnya.
Selain it masyarakat diminta bijak menggunakan air. Meski hujan masih turun di beberapa wilayah, cadangan air tanah bisa saja cepat berkurang bila cuaca panas berkepanjangan.
“Kami tetap waspada. Masyarakat sebaiknya hemat air bersih, karena cuaca saat ini tidak menentu,” pungkas Radite. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: BPBD Pacitan Siagakan Tangki Air, Suhu Ekstrem Tembus 35 Derajat
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |