TIMES JATIM, MALANG – Wirastho atau biasa dikenal dengan sebutan Sawir mulai melukis dengan cethe atau endapan ampas kopi sejak tahun 1999. Ide tersebut muncul setelah ia berhenti merokok.
Namun, kebiasaan nyethe tidak bisa hilang, akhirnya Sawir menindahkan media cethe ke kanvas, yang sebelumnya pada rokok. Sawir sempat menyempatkan hadir untuk menyampaikan materi dan memamerkan karyanya dalam event Aroma Nusantara yang diselenggarakan oleh mahasiswa MBKM TIMES Indonesia di Dewan Kesenian Malang, Sabtu (3/12/2022).
Pria asal Ponorogo yang saat ini menetap di Kepanjen, Malang itu sempat berhenti melukis melukis dengan cethe pada tahun 2006 karena tragedi kebakaran yang menghanguskan 50 lebih karyanya. Tahun 2012 kembali melukis dengan cethe, hingga saat ini total lukisan yang ia lukis dengan cethe sebanyak 200 lebih. Lukisan cethe pernah dibeli dengan harga tertinggi 35 juta oleh teman dari Jerman.
Sejarah Cethe
Cethe berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti aktivitas mengoleskan endapan atau ampas kopi ke permukaan rokok.
Salah satu lukisan kritik sosial tentang pilpres yang sempat viral dan diundang Hitam Putih sedang di pamerkan dalam acara Aroma Nusantara yang diselenggarakan di Dewan Kesenian Malang, Sabtu (3/12/2022) (Foto: dok. Aroma Nusantara)
“Tradisi cethe ini sebenarnya tidak hanya ada di Tulungagung, hampir semua masyarakat agraris, dimana didalamnya masyrakat ada tradisi kreatif batik, pasti ada seni cethe. Tidak hanya di Tulungagung,” ujar Sawir kepada TIMES Indonesia ketika ditemui di Toko Kopi Cangkir Laras yang saat ini sempat tutup sementara
Lulusan Pendidikan Seni Rupia di Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP Malang) sekarang Universitas Negeri Malang (UM) ini menambahkan bahwa seni melukis ampas kopi sempat booming
Ketika Jakarta mengadakan pameran lukisan ampas kopi dengan judul Coffee in Culture Heritage yang diselenggarakan di Museum Seni Rupa dan Keramik awal tahun 2019.
“Aku diajak tidak mau datang, karena masalah dana. Aku juga tidak ingin terkenal, karena terkenal sesaat juga percuma. Sedangkan harapan saya menyuarakan seni tradisi cethe,” ujarnya.
Tema isu sosial
Selain sempat menjadi guru honorer di beberapa sekolah. Sawir juga aktif dalam kegiatan sosial. ia memiliki panti asuhan di rumahnya di Desa Mangunrejo, Kepanjen, Kabupaten Malang untuk anak-anak jalanan dan anak buangan dari PSK. Serta, ia sempat membuat rumah penampungan bagi PSK yang ingin keluar dari lingkaran setan tersebut.
“Pada tahun 2010 hingga 2013 sempat menangani PSK, PSK yang ingin berhenti dan melepaskan dia dari gremonya. tidak sekali dua kali di todong, mulai dari parang, pistol,”
Hal tersebut menjadi alasan Sawir melukis dengan mengangkat tema isu sosial yang ada di lingkungannya dan yang ia alami. Pada tahun 2018 sempat terkenal karena lukisannya mengangkat kritik sosial tentang pilpres 2019, hingga sempat diundang acara talkshow Hitam Putih di salah satu stasiun TV.
“Lukisan ini momentumnya pas, pas marak-maraknya sebelum pilpres 2019. Gencar-gencarnya ujaran yang menyebabkan tragedi menjadi komoditas dan hanya menjadi bahan obrolan, tapi tidak ditangani oleh pemerintah. Gara-gara lukisan ini sempat diundang Hitam Putih,” ujar Sawir.
Roaster, Toko Kopi dan Kedai Cangkir Laras
Setelah berhenti menjadi guru honorer, Sawir mencari pekerjaan yang dekat dengan hobinya yaitu berjualan kopi pada tahun 2009 dengan konsep mobile dengan menggunakan vespa yang ada sespannya (boncengan samping). Hingga pada tahun 2012 mulai membuka kedai di jalan Bogor atas dekat SD Sriwedari.
“Kedai pertama di jalan Bogor atas dekat SD Sriwedari pada tahun 2012. Mulai saat itu sudah fokus bisnis kopi. Tahun 2013 mulai produksi kopi dari roasting sampai pengepakan dan pemasaran ke kedai-kedai dan masyarakat dengan nama produk Cangkir Laras. Pada tahun 2015 pindah di belakang balai bahasa, cuman waktu itu saya serahkan ke anak binaan, tapi tidak lama hanya bertahan 1 tahun,” jelas Sawir.
Bapak dua anak tersebut menambahkan bahwa pada tahun 2017 kembali mendirikan dengan konsep yang berbeda yaitu awalnya toko kopi Cangkir Laras di jalan Magelang 11. Namun, banyak masyarakat ingin minum kopi di tempat, akhirnya Sawir menambahkan kedai Cangkir Laras.
Tampak depan toko kopi dan kedai Cangkir Laras milik Sawir Wirastho (Foto: Instagram/@cangkirlaraskopi)
Saat ini toko kopi dan kedai Cangkir Laras sempat tutup beberapa bulan, karena pemiliknya sedang fokus menyelesaikan karya lukisan ampas kopinya yang akan dipamerkan berbagai acara di Indonesia, seperti Aroma Nusantara yang diselenggarakan di Dewan Kesenian Malang.
Pemilik toko kopi Cangkir Laras dan seniman lukisan cethe bisa ditemui di kedainya yang ada di jalan Magelang 11 yang akan kembali buka pada pertengahan Desember atau bisa mengubungi lewat Instagram @cangkirlaraskopi.(*)
Pewarta | : Caesar Adlu Hakim (MG-419) |
Editor | : Irfan Anshori |