TIMES JATIM, MALANG – Bambang Suprapto, seniman asal Nganjuk kembali menggelar pameran solo ketiganya. Pameran seni yang bertajuk "Dialog Dalam Diri" ini digelar di lantai 3, Toko Buku Togamas, Kota Malang, Sabtu (8/6/2024).

Bambang Suprapto, adalah seniman yang lebih dikenal dengan nama "Unartificial" di dalam dunia seni rupa. 

Meskipun kegemarannya dalam menggambar sudah ada sejak usia dini, Prapto, begitu dirinya biasa disapa, memutuskan untuk serius menjadi seniman sejak tahun 2018.

Bilik refleksi diri di Pameran Solo “Dialog Dalam Diri”.(FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)

Dalam pameran solo ketiganya yang berlangsung hingga 15 Juni 2024, Prapto kembali memamerkan karyanya dengan tema yang berbeda, yaitu tentang fenomena psikologis yang disebut Jouska.

Jouska adalah istilah dalam psikologi yang menggambarkan obrolan yang hanya terjadi di dalam otak seseorang, atau sering disebut juga sebagai "self-talk". 

Tema ini dipilih karena relevansinya dengan dirinya sendiri dan juga anak-anak muda. Hal ini terbukti dari banyaknya pengunjung yang berasal dari kalangan muda, meskipun pameran ini terbuka untuk umum. 

Bambang Suprapto (kiri) bersama kurator Kevin Alfirdaus dengan latar belakang karya seni Jouska. (foto:(FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)

Melalui karyanya, Prapto ingin menggambarkan proses berbicara dengan diri sendiri dan kepekaannya terhadap sekitar, yang menunjukkan bahwa setiap orang pasti pernah mengalami hal tersebut.

Karya-karya dalam pameran yang dibuat sejak bulan Agustus 2023 ini, di dominasi dengan warna biru. Pemilihan warna ini bukan hanya karena alasan warna favoritnya, tetapi juga karena makna mendalam yang terkandung di dalamnya. 

"Warna biru punya arti yang sangat dalam, tidak ada ujungnya. Proses refleksi diri bisa terjadi ketika kita masuk ke dalam diri, dan biru mewakili itu," jelas Prapto.

Keunikan pameran ini tidak hanya terletak pada pilihan warna dan tema, tetapi juga pada tulisan kecil di bawah setiap karya. Tulisan tersebut bukanlah seperti pada umumnya pameran yang berisikan deskripsi karya, melainkan penguat karya yang ada.

Tulisan tersebut dibuat dalam bentuk dialog 2 orang, akan tetapi sebenarnya adalah obrolan seseorang dengan dirinya sendiri.

Prapto sengaja tidak memberikan deskripsi dengan tujuan memberi kebebasan pada penikmat seni untuk memaknai lukisan tersebut sesuai dengan persepsi mereka sendiri.

Pameran "Dialog Dalam Diri" ini juga memberikan ruang bagi pengunjung untuk merenung dan berbicara dengan diri sendiri, menciptakan pengalaman seni yang mendalam dan personal. Bilik kecil tersebut dihias dengan lampu remang-remang, dilengkapi dengan mesin ketik dan cermin. 

"Saya berharap dengan adanya ruang itu mereka bisa refleksi diri atau mungkin mengobrol dengan dirinya sendiri dengan tujuan apa yang ingin mereka sampaikan dapat tersalurkan," ujar Prapto. 

Kurator dari karya-karya yang ada, Kevin Alfirdaus, juga menegaskan hal serupa. "Ketika ada orang yang resah terhadap suatu kondisi, Prapto menuangkan tersebut dalam karyanya dan berusaha merangkul teman-teman pengunjung untuk bercerita,” ujar Kevin.

“Artinya di sini memang pelukis paham dan peka terhadap perasaan orang yang mungkin merasakan hal yang serupa," tambahnya.

Dengan menghadirkan tema "Dialog Dalam Diri", Bambang Suprapto mengajak setiap pengunjung untuk lebih mendalam mengenali dan memahami diri mereka sendiri melalui seni. Pameran ini tidak hanya menjadi ajang penampilan karya, tetapi juga sebuah medium introspeksi yang dapat menyentuh hati banyak orang. (*)