TIMES JATIM, SURABAYA – Gempa tektonik berkekuatan 6,7 skala richter mengguncang Wilayah Malang dan sekitarnya pada Sabtu (10/4/2021), pukul 14.16 WIB. Episentrum gempa di Malang ini terletak pada koordinat 8,83 LS dan 112,5 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 96 km arah Selatan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang pada kedalaman 80 km di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa.
Menurut Pakar Bumi dan Kebencanaan ITS Surabaya, Dr Ir Amien Widodo, pemberdayaan masyarakat sadar bencana merupakan salah satu kunci keberhasilan penanggulangan bencana dan dukungan komunitas terpadu antara pemerintah dan sektor swasta sangat dibutuhkan.
Pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan ketangguhan dalam menghadapi bencana.
"Mengingat setiap terjadi bencana selalu terjadi ada sebagian desa yang terisolasi dan karena sudah dibekali ilmu maka masyarakat yang terisolir bisa bertahan hidup dengan pengetahuan dan persediaan yang dipunyai," terangnya, Sabtu (10/4/2021).
Untuk itu, pakar bencana ITS ini menyarankan melakukan 13 langkah antisipasi dan pertahanan diri saat gempa seperti berikut ini.
1. Agar membuat Satgas Tangguh Gempa dengan menggelar pertemuan warga. Pertemuan ini guna mendiskusikan kemungkinan terjadinya gempa dan upaya keselamatan diri. Sebab, dengan mengetahui bagaimana cara menghadapi gempa akan mengurangi rasa takut dan was-was.
2. Sediakan atau sisihkan satu tempat atau ruang aman (safe places) dalam kamar, kantor ataupun sekolahan atau rumah sakit. Ruangan itu bisa ada di bawah meja; ruangan itu jauh dari benda-benda yang menggantung, jendela, rak buku atau furnitur.
"Makin dekat kita dengan ruang aman tadi makin kecil kemungkinan terluka, jarak minimal kurang dari 1,5 meter. Kita bisa terluka karena saat terjadi goncangan biasanya akan banyak benda-benda jatuh atau berterbangan," tambahnya.
3. Berlatihlah gerakan ini : merunduk, berlindung dan pegangan. Merunduk di lantai, berlindung di bawah meja dan memegang kaki meja. Jika jauh dari meja duduklah dilantai dekat dengan tembok, lindungi kepala dan leher dengan tangan.
"Latihan terus menerus akan menjadi gerakan reflek dan akan melindungi dari kemungkinan terluka. Latihan minimal 2 kali dalam setahun," jelas Amien.
4. Sediakan senter dan sepatu boot di bawah tempat tidur. Gempa bisa memutuskan jaringan listrik dan menyebabkan kehancuran sehingga banyak benda-benda tajam yang berhamburan.
5. Kalau rumah kita diasuransikan tanyakan ke pihak asuransi bagaimana cara berlindung dari gempa. Dampak gempa tempat satu dengan lainnya akan berbeda kebutuhan-kebutuhan dalam berlindung. Bila kita bermukim di daerah sesar aktif (ada pegeseran berpotensi terjadi gempa), maka segeralah pertimbangkan untuk mengajukan asuransi.
6. Informasikan kepada anak anak, kakek nenek, tamu, babi sitter, dan lainnya tentang rencana prosedur serta titik kumpul di luar rumah bila terjadi gempa. Setiap orang yang ada di rumah harus tahu apa yang akan dikerjakan, walau kita tidak ada di rumah.
7. Pastikan rumah kita menggunakan standar dan ijin bangunan yang berlaku. sesuai dengan standar bangunan tahan gempa. Demikian pula pondasi yang dipakai.
"Jika kita tidak yakin akan keamanan bangunan kita hubungi ahli profesional di bidang ini. Umumnya bangunan dengan pondasi asal-asalan sering hancur karena gempa," ucapnya.
8. Jika punya pemanas air dengan gas, maka ikat kuat pemanas air dan clem pipa gas ditembok dengan kuat. Jika bak dan pemanas air lepas dan pipa gas terlepas akan terjadi kebakaran.
"Perlu diingat bahwa air yang ada di bak pemanas mungkin akan menjadi salah satu sumber air bersih yang dipunyai. Pemasangan oleh ahli yang bersertifikat sangat disarankan," tandasnya.
9. Ikat dan paku di tembok barang-barang seperti lemari, rak buku, kabinet dan furnitur. Lampu gantung juga harus diikat.
10. Jauhkan barang-barang yang ditempel di tembok seperti gambar dan kaca dari tempat tidur atau tempat duduk.
11. Gudang penyimpanan pestisida, penyemprot hama dan barang-barang yang mudah terbakar harus tertutup rapat.
12. Binatang-binatang peliharaan harus diupayakan aman saat terjadi gempa.
Bila ada masyarakat yang memelihara binatang buas maka diminta untuk membuat kandang yang kuat atau dilarang memelihara binatang buas.
13. Sudah sesuaikah bangunan kita dengan standard bangunan tahan gempa dan tata ruang."Bila ragu mintalah seorang ahli profesional untuk mengevaluasi bangunan kita," ucap Pakar Bumi dan Kebencanaan ITS (pakar bencana ITS) Dr Ir Amien Widodo. (*)
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Deasy Mayasari |