TIMES JATIM, BONDOWOSO – Masih ingat dengan Bondowoso Republik Kopi atau BRK? Ya, BRK adalah branding untuk Kabupaten Bondowoso di sektor kopi.
Tentu Bondowoso Republik Kopi bukan hanya sekedar nama yang ujuk-ujuk ada. Ada proses panjang di balik penamaan BRK.
Sebab sebelum brand Bondowoso Republik Kopi digaungkan kala itu, pemerintah memang betul-betul serius meningkatkan kualitas dan produksi kopi.
Kala itu para petani kopi diberikan edukasi. Misalnya mengelola kebun hingga memproduksi kopi di tingkat hilir.
Akhirnya ekonomi para petani meningkat drastis. Bahkan Produksi kopi lereng Ijen Raung diekspor hingga ke luar negeri.
Branding Bondowoso Republik Kopi kala itu juga disokong dengan pelaksanaan Festival Kopi Nusantara (FKN) yang digelar setiap tahun.
Festival ini untuk mengenalkan kopi Bondowoso, dan memberi kesempatan para pengusaha kopi untuk memasarkan produknya.
Namun saat kepemimpinan Bupati Salwa Arifin dan Irwan Bachtiar Rahmat, pemerintah seperti 'malu-malu' mengakui branding Bondowoso Republik Kopi yang digagas oleh bupati sebelumnya, Amin Said Husni. Mengingat sejauh ini brand Bondowoso Republik Kopi hampir tak terdengar lagi.
Padahal nama Bondowoso Republik Kopi sendiri sudah memiliki kekuatan hukum sebagai branding resmi Kabupaten Bondowoso. Sebab BRK sudah mengantongi hak kekayaan intelektual (HaKI).
Baru-baru ini Bondowoso Republik Kopi justru digaungkan kembali oleh Polres Bondowoso, melalui lomba seduh kopi.
Lomba seduh kopi ini dalam rangka HUT Bhayangkara ke-77 digelar di Museum Kereta Api Bondowoso, Sabtu (24/6/2023).
"Ini adalah bagian meningkatkan dan membangkitkan kembali brand kopi Bondowoso Republik Kopi atau BRK yang sampat suram," kata Kepala Diskoperindag Kabupaten Bondowoso, Sigit Purnomo saat menghadiri kompetisi Seduh Kopi.
Menurutnya, melalui event ini Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bondowoso di bidang kopi mulai bangkit kembali.
Sebab kata dia, di tahun sebelumnya dihadapkan dengan kendala-kendala teknis maupun finansial, karena adanya refocusing anggaran.
"Jadi kita tidak harus mempunyai anggaran sendiri, sepanjang kita ada akses cross cutting yang bisa dimanfaatkan dengan kerjasama instansi lain yang outputnya bisa untuk memberdayakan pelaku para UMKM Bondowoso," kata dia.
Menurut Sigit, di tengah sempitnya ruang fiskal menjadi tantangan tersendiri untuk terus melakukan inovasi-inovasi agar kegiatan tetap berjalan. Khususnya untuk membantu UMKM sesuai visi-misi Bupati dan Wakil Bupati.
Dia juga mengungkapkan, saat pandemi Covid-19, hampir sama sekali tidak ada event untuk mempromosikan produk-produk UMKM.
"Event Bhayang ke 77 diselenggarakan oleh Polres Bondowoso ini adalah momentum bisa dimanfaatkan membangkitkan lagi gairah ekonomi," jelas dia.
Sementara Kapolres Bondowoso, AKBP Bimo Ariyanto menambahkan, acara ini diharapkan menjadi wadah untuk mengembangkan bakat dan potensi dalam hal menyajikan Kopi.
Selain itu momentum Hari Bhayangkarya ke-77 ini juga mampu memberikan ruang akses lapangan kerja berbasis potensi kopi yang ada di Bondowoso.
"Kompetisi ini semoga ke depannya akan terus dikembangkan. Ini pertama kalinya Polres Bondowoso mengadakan kompetisi seduh kopi bagi penggemar dan peracik yang ada" ujarnya.
Dia berharap, Kompetisi Seduh Kopi yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah bisa terus dikembangkan. "Semoga kemampuan meracik kopi dapat membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan menekuni dan meningkatkan produksi kopi Bondowoso yang ada," harap dia.
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Faizal R Arief |