https://jatim.times.co.id/
Berita

Sosok Bung Karno di Mata Krisdayanti

Rabu, 02 Juni 2021 - 21:24
Sosok Bung Karno di Mata Krisdayanti Krisdayanti. (FOTO: Liputan6)

TIMES JATIM, JAKARTA – "Bung Karno adalah sosok pemimpin tauladan di mata saya," ucap Krisdayanti mengawali penuturannya tentang sosok sang Proklamator. 

Dalam urusan kepemimpinan, Krisdayanti melihat Bung Karno sebagai paket komplet. Bung Karno sebagai ayah yang membesarkan sosok Megawati dengan sangat baik. Soekarno sebagai pejuang, presiden, maupun patron dalam bidang seni kebudayaan. 

Menurut ibunda Aurel Hermansyah ini, ketika menyebut nama Soekarno kesan yang dihasilkan tidak melulu berkutat dengan persoalan politik dan ideologi. 

Namun Soekarno juga sangat menyeimbangkan keberagaman pandangan seni budaya nusantara dalam menentukan kebijakan politik saat memimpin, mengaplikasikan jiwa seninya dalam menata kota. 

"Dan Bung Karno tidak hanya sebagai pencinta seni dan budaya Indonesia untuk dirinya sendiri," kata Krisdayanti. 

Menurut perempuan kelahiran Kota Batu itu, Bung Karno juga menularkan jiwa seni kepada rakyatnya. Bung Karno menggunakan seni sebagai media dalam merancang, membangun, dan merawat bangsanya. 

Patung, monumen, bangunan, lukisan, lagu dan lain sebagainya menjadi buktinya yang dapat disaksikan dan nikmati sampai saat ini. 

Jembatan Semanggi, Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal, Gelora Bung Karno adalah bukti adanya unsur estetika, seni dan budaya dalam bentuk bangunannya dan itu dibangun diera kepemimpinan Bung Karno. 

Dari sejarah, kita juga mendengar bahwa tak jarang Bung Karno harus mengeluarkan dananya sendiri untuk mewujudkan karya-karya seni tersebut. Itu menunjukkan betapa cintanya Bung Karno terhadap seni dan budaya. 

Kalau memang ada klasifikasi ‘seni untuk bangsa’, maka Bung Karno mengambil peran tersebut, demikian menurut ahli sejarah. "Saya mengamini dan sangat setuju dengan pendapat tersebut," ucap Krisdayanti.

Dia pernah membaca sejarah mengenai Bung Karno pada salah satu kuliahnya yang disiarkan RRI. Bung Karno, kata KD, bisa secara luwes menganalogikan Demokrasi Terpimpin dengan sebuah orkestra. 

Dalam sebuah orkestra, meski masing-masing elemen punya peran penting, tanpa dirijen mereka tak akan bisa menghasilkan alunan nada yang harmonis. Dirigenlah yang bertugas membuat peran-peran itu menjadi padu, menghasilkan sebuah karya musik nan apik. 

Peran dirijen itulah yang dalam demokrasi dipegang oleh pemimpin atau tetua dalam tradisi musyawarah yang telah diwariskan secara turun-temurun di negeri ini. 

"Jujur saya banyak mencontoh soekarno yang menyelaraskan seni dalam konsep berpolitik," ucapnya.

Salah satunya, lanjut dia, berkampanye sambil bernyanyi di desa-desa semasa kampanye pada Pemilu 2019, sehingga berpolitik sambil melakukan hobi terasa sangat menyenangkan. 

Kemudian, tutur KD, berjalan dua tahun menjadi anggota dewan, dia sangat bersyukur ditempatkan di Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan dan ketenagakerjaan. 

Krisdayanti bisa lebih banyak belajar bidang lain, tidak artisentris. "Artis hanya bisa ditetapkan di Komisi X yang bidangnya seni," imbuhnya.

Krisdayanti berharap bisa terus belajar mencontoh figur Bung Karno bapak bangsa, bahwa seni dan politik bisa berkolaborasi dengan harmoni. (*)

Pewarta : Rochmat Shobirin
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.