TIMES JATIM, MAGETAN – Dananjaya Setyo Nugroho adalah Senior First Officer (SFO) dari salah satu maskapai penerbangan terbesar Indonesia. Putra dari Bupati Magetan, Suprawoto ini menceritakan pengalamannya saat terbang di dalam kondisi cuaca buruk.
Saat ditemui oleh TIMES Indonesia di Pendapa Surya Graha, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis (27/4/2023). Ito sapaan akrabnya mengatakan, menjadi seorang Pilot harus siap menghadapi kendala apapun, termasuk cuaca yang kerap kali berubah-ubah yang terjadi dalam suatu penerbangan.
"Cuaca itu cepat sekali berubah, kami sebagai seorang pilot juga selalu mendapatkan update cuaca setiap 30 menit, tapi yang namanya cuaca bisa saja waktu kita berangkat cerah tiba-tiba begitu mau mendarat menjadi hujan deras, dan itu sudah biasa dalam dunia penerbangan," ujar SFO berusia 29 Tahun tersebut.
Ito menceritakan kisah penerbangannya saat menghadapi cuaca buruk ketika harus terpaksa melewati awan cumulonimbus yang notabene merupakan awan gelap dan berbahaya bagi penerbangan karena memuat badai petir serta hujan disertai dengan pergolakan hebat di atmosfer.
"Waktu itu penerbangan dari Jakarta menuju Lombok saat malam hari, pada saat take off normal-normal saja, namun ketika mau landing saya disambut oleh awan cumulonimbus yang mulai membentuk, disitu saya dan kapten saya mencoba untuk menghindari meski tetap harus melewati,," ungkapnya.
SFO yang memiliki kurang lebih 5300 jam terbang dengan pesawat Boeing 737-800NG tersebut. melanjutkan, awan cumulonimbus tersebut terjadi pada saat Pesawat Boeing 737-800NG yang ia kemudikan melewati Selat Bali dan Lombok antara Gunung Rinjani dan Gunung Agung.
Dalam kondisi tersebut jarak pandang cukup rendah dan hanya bisa mengandalkan alat navigasi ataupun radar di dalam pesawat.
"Begitu kita melawati awan cumulonimbus yang akan terbentuk tersebut, pesawatnya tersambar petir dibarengi dengan suara hentakan yang cukup keras yang tentunya membuat kami terkejut," tuturnya.
Namun berkat ketenangan para penumpang, membuat dirinya bersama sang kapten bisa fokus untuk mendaratkan pesawat dengan aman di tengah cuaca yang buruk tersebut.
"Alhamdulillah waktu itu kami bisa mendaratkan pesawat dengan aman. Tapi setelah saya walk around untuk mengecek keadaan pesawat, electrical and equipment door di samping kursi kokpit itu gosong tersambar petir," jelas SFO yang pertama kali terbang menggunakan pesawat komersial pada 2014 lalu.
Kendati menjadi seorang pilot penuh dengan sebuah tantangan dan risiko, Dananjaya Setyo Nugroho tetap berkeinginan untuk suatu hari nanti bisa menerbangkan pesawat berbadan lebar (wide body) seperti pesawat Boeing 747, Boeing 777 maupun Airbus A330.
"Kalau memang ada kesempatan dan mampu, ya InsyaAllah saya akan belajar tekun untuk mendapatkan pilot license untuk pesawat wide body, tapi ya itu tentunya tidak mudah, tapi saya akan berusaha keras untuk itu," harapnya.
Dirinya pun berpesan, jika bercita-cita sebagai pilot, banyak aspek harus diperhatikan, seperti akademis dan juga fisik serta kesehatan mental yang baik. Yang pasti harus memiliki mental juga yang bagus, karena dalam dunia penerbangan itu pastinya banyak hal baru yang dipelajari.
"Jika kita mudah menyerah karena kesulitan dalam proses belajarnya, ya sulit. Karena sebagai seorang pilot itu penuh dengan tanggung jawab, apalagi menyangkut keselamatan penumpang," kata Senior First Officer (SFO) asal Magetan ini. (*)
Pewarta | : Aditya Candra |
Editor | : Ronny Wicaksono |