TIMES JATIM, JEMBER – Ponpes At-Tanwir yang terletak di Desa Slateng, Kecamatan Ledokombo, Jember, Jawa Timur memiliki cara unik untuk memberdayakan para santrinya untuk menjadi wirausaha. Yakni dengan cara mendidik mengolah kopi. Karena hal itu juga, pesantren yang terletak di lereng Gunung Raung tersebut mendapat julukan pesantren kopi.
Di sana, para santri tidak hanya dibekali ilmu agama, namun juga ilmu tentang mengelola kopi, mulai dari pembibitan hingga pengemasan.
"Setelah panen, kami ajak para santri untuk mengolah biji kopi itu. Mulai dari proses sortir, roasting, pengemasan, penjualan, dan kami juga memberi pelatihan barista pada mereka," ujar Pengasuh Pesantren Kiai Zainul Wasik kepada TIMES Indonesia, Senin (30/8/2021).
Kiai yang akrab disapa ustaz Danil tersebut menerangkan bahwa hal tersebut didukung karena faktor alam di sekitar pesantren yang penuh dengan tanaman serta petani kopi.
Ustaz Danil memanfaatkan hal tersebut untuk memberdayakan santrinya sekaligus menghidupi pesantren yang dikelolanya.
Sehingga para santrinya dibebaskan dari biaya dan tanggungan yang dibebankan.
"Siapapun di sini yang mau belajar, kami persilahkan, tanpa biaya, asalkan bersungguh-sungguh. Di sini kami juga ingin mengajarkan kemandirian pada santri, bagaimana agar kreatif memanfaatkan potensi yang ada demi bertahan hidup," ujarnya.
Selain mengurus santrinya, ustaz Danil juga memperhatikan masyarakat yang ada di sekitar ponpes.
Dia menerangkan bahwa masyarakat Slateng yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani kopi menjual hasil panennya dengan harga murah kepada para tengkulak.
Menurutnya, para petani tidak memiliki akses dan tidak tahu kemana harus menjual hasil panennya.
Prihatin dengan kondisi tersebut, ustaz Danil memberdayakan masyarakat sekitar dengan memberi edukasi dan membeli hasil panen kopi mereka.
"Ada yang sampai didatangi ke rumah-rumah petani. Para tengkulak (pengepul) itu memberi uang (modal) kepada petani, tapi dengan syarat, hasil panen harus dijual ke mereka, meskipun dengan harga murah," tuturnya.
"Kualitas kopi kami bagus, karena warga di sini berpengalaman dalam perawatan kopi. Jadi, eman (sayang) kalau kopi yang bagus itu dijual dengan harga murah, bahkan jauh dari harga pasaran," lanjutnya.
Produk kopi dari Ponpes At-Tanwir itu tidak hanya dipasarkan Jember, melainkan hingga ke luar Pulau Jawa. Kopi bikinan pesantren kopi tersebut ada yang dijual secara offline dan secara online dengan harga bervariasi, mulai Rp15 ribu hingga Rp60 ribu sesuai ukuran dan jenis kopinya. (*)
Pewarta | : - |
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |