https://jatim.times.co.id/
Berita

Mengenal Tumbu, Kerajinan yang Nyaris Punah di Pacitan

Jumat, 26 Agustus 2022 - 18:44
Mengenal Tumbu, Kerajinan yang Nyaris Punah di Pacitan Katminah (60), menunjukkan hasta karya berupa tumbu yang terbuat dari bambu apus. Keberadaannya kini nyaris punah di Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Selain kaya akan keindahan wisata alam, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur juga memiliki potensi berupa hasta karya dan nyaris punah, yakni wadah tradisional yang kita kenal dengan tumbu atau tompo. 

Kerajinan ini 100 persen terbuat dari bambu apus pilihan. Alat pengerjaannya pun masih sangat tradisional. Seperti menggunakan parang dan pisau serut. Meskipun hanya tergolong sampingan, namun bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. 

Kerajinan tumbu dapat kita jumpai di Dusun Ngasem, RT 6/RW 7, Desa Gembong, Kecamatan Arjosari. Sekitar 14 kilometer dari Pendopo Kabupaten Pacitan. 

Salah satunya adalah Katminah (60), pengrajin tumbu ini mengaku sudah turun-temurun menekuni dari nenek-moyangnya. Mata pencaharian utamanya adalah bercocok tanam. 

Katminah-2.jpg

"Sejak kecil sudah bikin tumbu. Orang sini setiap rumah bisa membuat tumbu. Hanya saja dibuat sampingan," katanya, Jumat (26/8/2022). 

Proses pembuatan tumbu membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Bambu yang digunakan adalah jenis bambu apus. Selain memiliki tekstur serat lebih halus juga tidak mudah patah saat dianyam.

"Bambunya beli dari Desa Gembuk, Kecamatan Kebonagung. Biasanya saya pilih bambu tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Agar mudah dianyam," terang Katminah sambil menganyam tompo. 

Meski terlihat sederhana, tetapi proses pembuatannya butuh ketelatenan. Dalam satu hari, biasanya dia sanggup merampungkan tiga sampai dengan lima anyaman. Terlebih bulan Agustus banyak permintaan untuk keperluan stand tujuh belasan dan pasar. 

"Bambu dipotong 1 meter, kemudian dipilar kecil-kecil menjadi ukuran satu jari. Setelah halus dan ditipiskan, lalu dianyam. Untuk satu meter bambu bisa jadi dua sampai tiga buah tumbu," papar Katminah. 

Katminah-3.jpg

Dari hasil pembuatan tumbu, dalam satu bulan omzet yang didapat rata-rata sekitar Rp300 ribu. Sedangkan pemasarannya hanya mengandalkan para tengkulak untuk dijual kembali ke pasar tradisional. Satu buah tumbu harganya sangat terjangkau. Harga yang dipatok mulai Rp5 ribu hingga Rp10 ribu. 

"Sebulan biasanya dapat Rp300 ribu. Pedagang pada ngambil langsung ke sini. Kadang kalau ada pesanan, baru saya buatkan. Tapi tiap hari tetap menyetok," ungkapnya. 

Sementara itu, pengrajin lainnya, Imam mengatakan, bahwa Dusun Ngasem sejak lama dikenal dengan sentra hasta karya tumbu atau tompo. Namun karena dijadikan profesi sampingan, dikhawatirkan bakal terjadi kepunahan. Terlebih keberadaanya di tengah zaman yang serba modern. 

"Bisa dibilang nyaris punah. Apalagi sekarang secara produksi didominasi para ibu-ibu lansia," ujarnya. 

Sebagai informasi, Dusun Ngasem, Desa Gembong, Kecamatan Arjosari terdiri dari 16 RT dan memiliki jumlah penduduk sekitar 1.005 jiwa yang dikenal sebagai satu-satunya sentra hasta karya tumbu di Pacitan. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.