TIMES JATIM, MALANG – Dalam upaya memajukan pengelolaan sumber daya kelautan di Indonesia, Prof. Dr.Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., M.T., Guru Besar Ilmu Pemetaan Sumber Daya Pesisir dan Laut dari Universitas Brawijaya (UB), memperkenalkan sebuah konsep inovatif bernama Fishhab-Spatial Dynamic.
Konsep inovatif ini menawarkan pendekatan baru dalam menduga sebaran habitat ikan potensial dengan memanfaatkan analisis data oseanografi dan hasil tangkapan ikan secara spasial dan temporal.
Fishhab-Spatial Dynamic dirancang untuk menjawab berbagai tantangan dalam pengelolaan sumber daya laut di Indonesia, termasuk eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, serta isu illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing. Menurut Prof. Sambah, konsep ini memungkinkan pengelolaan yang lebih arif dan bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi dan ekologi.
Prof Sambah mengatakan, Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai mencapai lebih dari 81.000 kilometer, menjadikannya salah satu negara dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Laut Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya hayati seperti ikan dan biota laut lainnya, tetapi juga menyimpan sumber daya non-hayati, termasuk minyak, gas, dan mineral.
“Namun, potensi besar ini dihadapkan pada tantangan serius, salah satunya adalah keberlanjutan sumber daya hayati. Jika tidak dikelola dengan baik, sumber daya ini akan habis,” jelas Prof. Sambah, Sabtu (30/11/2024).
Ia menekankan pentingnya pengelolaan yang berbasis ilmu pengetahuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya laut. “Konsep pengelolaan harus didasarkan pada keseimbangan antara ekonomi dan ekologi. Di satu sisi, kita harus meningkatkan pendapatan dari sektor kemaritiman, tetapi di sisi lain, kita harus memastikan bahwa sumber daya ini tetap lestari,” tambahnya.
Fishhab-Spatial Dynamic adalah model yang mengintegrasikan berbagai parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut, klorofil, tinggi muka laut, serta perubahan iklim. Data tersebut dikombinasikan dengan informasi hasil tangkapan ikan untuk memprediksi sebaran habitat ikan di wilayah tertentu.
“Dinamika oseanografi Indonesia sangat kompleks karena letaknya di garis ekuator yang dipengaruhi oleh dua samudra besar, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Fenomena seperti El Niño, La Niña, dan Indian Ocean Dipole memengaruhi pola musim serta habitat ikan. Dengan Fishhab-Spatial Dynamic, kita dapat memahami pergerakan ikan setiap bulan dan memetakan lokasi potensial secara lebih akurat,” papar Prof. Sambah.
Sistem ini berbasis spasial dan temporal, memungkinkan pembaruan data secara real-time dan memberikan gambaran lengkap mengenai pola migrasi ikan. Dengan demikian, pengelolaan dapat dilakukan secara lebih efektif, memastikan bahwa sumber daya ikan tidak dieksploitasi secara berlebihan.
Fishhab-Spatial Dynamic juga sejalan dengan tujuan global dan nasional dalam pengelolaan sumber daya laut. Salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah Life Below Water (Tujuan ke-14), yang menekankan pengelolaan laut secara berkelanjutan.
Dalam konteks nasional, Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan strategis untuk memajukan sektor kemaritiman, termasuk:
• Poros Maritim Dunia: Visi menjadikan sektor kemaritiman sebagai pilar utama ekonomi nasional.
• Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2045: Menargetkan sektor kelautan menyumbang lebih dari 14% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
• Blue Economy Roadmap: Mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya laut.
• Indonesia Biodiversity Strategic and Action Plan: Dokumen strategis untuk melindungi keanekaragaman hayati laut Indonesia.
Prof. Sambah menegaskan bahwa konsep Fishhab-Spatial Dynamic dapat mendukung implementasi kebijakan ini dengan memberikan justifikasi ilmiah yang kuat.
Isu IUU fishing menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sumber daya laut di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan pengelolaan berbasis kuota sebagai salah satu program utama.
“Dengan Fishhab-Spatial Dynamic, kita dapat memetakan lokasi spesifik keberadaan ikan dan menentukan kuota penangkapan yang sesuai. Ini penting untuk memastikan bahwa sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa merusak keberlanjutannya,” ujar Prof. Sambah.
Selain itu, pendekatan ini memungkinkan identifikasi waktu dan lokasi terbaik untuk penangkapan ikan, sehingga mengurangi risiko eksploitasi berlebihan.
Fishhab-Spatial Dynamic tidak hanya menjadi inovasi dalam ilmu perikanan, tetapi juga wujud kontribusi nyata Universitas Brawijaya dalam mendukung pengelolaan sumber daya laut Indonesia. Dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep ini diharapkan dapat membantu Indonesia menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan pelestarian ekologi laut.
“Laut adalah sumber daya bersama yang harus dijaga keberlanjutannya. Dengan pendekatan ilmiah seperti Fishhab-Spatial Dynamic, saya yakin Indonesia dapat menjadi contoh dunia dalam pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan,” pungkas Prof. Sambah.
Konsep ini membuka peluang baru bagi pengembangan ilmu perikanan dan kelautan di Indonesia, serta memberikan harapan untuk masa depan laut yang lebih baik bagi generasi mendatang. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |