TIMES JATIM, JAKARTA – Setiap tanggal 14 Februari, jutaan orang merayakan Hari Valentine. Hari yang identik dengan kasihsayang ini diramaikan dengan memberi kado spesial kepada orang tersayang.
Umumnya, para lelaki menghadiahkan bingkisan berupa cokelat, bunga, boneka, dan pernak-pernik bernuansa merah muda untuk kekasihnya.
Di Indonesia perayaan Hari Valentine mengundang pro dan kontra. Bahkan sempat ada aksi turun jalan menolak perayaan Valentine. Begitupula di media sosial, warganet ramai dengan hastag #ValentieBukanBudayaKita sampai menjadi trending di Twitter.
Namun demikian cuitan yang disampaikan bukan penolakan bernada sarkasme ataupun rasisme, melainkan cuitan jenaka dengan menunjukkan budaya sehari-hari orang Indonesia.
"#ValentieBukanBudayaKita karena budaya kita adalah mencari harga barang yang paling murah di antara shopee, tokped & bukalapak" tulis akun @diamkalatidur
"#ValentieBukanBudayaKita budaya kita adalah minjem duit melas-melas, balikinnya malas-malas" tulis akun @muhrestuirm
"Budaya kita itu OTW, Oke Tunggu Wae. Budaya kita itu di grup WA alumni, ketemuan yuuuk. Trus reply ramai bilang ayo. Kapan? Trus seminggu grup sepi. #ValentieBukanBudayaKita," tulis akun @ian98
"#valentinebukanbudayakita. Budaya kita adalah ngerasa cemburu padahal bukan siapa-siapanya. Budaya kita sering ditinggal pas lagi sayang-sayangnya," tulis akun @BayuPutranto44
"#ValentieBukanBudayaKita Budaya kita adalah unboxing motor saat di tilang," tulis akun @riansetione1
Adapula yang mengkoreksi kesalahan penulisan tagar Valentine Bukan Budaya Kita yang kurang huruf 'n'.
"#ValentieBukanBudayaKita
Karna budaya kita adalah kurangnya membaca yg penting ikutan aja, sampe gak sadar ini hashtag kurang huruf 'N'," tulis akun @yayancsl. (*)
Pewarta | : Jazilatul Hanip (MG-73) |
Editor | : Dhina Chahyanti |