TIMES JATIM, PONOROGO – Kedatangan empat ekor kerbau dari Solo bukan sembarangan. Kebo bule itu merupakan pemberian dari Keraton Kasunanan Surakarta (Keraton Solo) untuk Kabupaten Ponorogo.
Maeso (kerbau) bule itu terdiri dari dua ekor jantan dan dua ekor betina. Kebo bule ini menjadi bukti sejarah kedekatan antara Ponorogo dengan Keraton Solo. "Keempat kebo atau maeso sudah dibawa pulang dan bisa menjadi aset Ponorogo," kata Suro Agul-Agul atau Sunardi, Wakil Ketua Pakasa
Sunarso mengatakan kebo bule yang dibawa ke Ponorogo merupakan keturunan dari kebo kiai Slamet yang berasal dari Ponorogo.
Dulu, Sinuwun Pakubuwono II pernah mengungsi atau melarikan diri ke Ponorogo. Saat itu di keraton Solo terjadi geger Pecinan pada tahun 1740.
Saat kembali dan berhasil merebut keraton, Sinuwun Pakubuwono II diberi kebo bule kiai Slamet oleh pemimpin Ponorogo waktu itu. Empat kebo itu masing-masing memiliki nama yakni Kiai Patmono, Nyai Ngatmini, Kiai Setu dan Nyai Suti.
"Oleh Sinuwun Pakubuwono II, kebo bule kiai Slamet itu dipelihara, sehingga tumbuh keturunannya hingga sekarang," ungkapnya.
Dalam pemeliharaannya, dibutuhkan kubangan air. Sebab kerbau beda dengan sapi. "Harus dibuatkan kubangan untuk berendam, sebab kerbau tidak tahan dengan panas," Tambahnya.
Sementara itu Heri Sulistyo sebagai Petindih Sriti Maeso Kraton Surakarta Hadininggrat membenarkan adanya dua pasang kebo bule yang diserahkan ke Ponorogo.
"Maeso (Kerbau) bule di Surakarta ini total ada 18 Maeso terdiri dari 8 jantan dan 10 betina. Dan 4 pasang kebo bule sudah diserahkan ke Kabupaten Ponorogo," ujar Heri Sulistyo yang menjadi petindih Srati Maeso di kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 2012 setelah sebelumnya menjadi Abdi dalem sejak 2007. (*)
Pewarta | : Evita Mukharomah |
Editor | : Ronny Wicaksono |