TIMES JATIM, SURABAYA – Ketika nama Irjen Pol Drs Nanang Avianto, M.Si diumumkan sebagai penerima Anugerah Figur Akselerator Kemajuan kategori Penggerak Ketahanan Pangan dalam DetikJatim Awards 2025, banyak pasang mata yang langsung memusat pada sosok berperawakan tenang itu.
Bagi sebagian orang, ia adalah Kapolda Jawa Timur yang dikenal disiplin. Namun bagi mereka yang mengikuti kiprahnya lebih dekat, penghargaan itu seperti mengukuhkan sesuatu yang sudah lama terlihat. kemampuan Nanang membaca persoalan dan mengubahnya menjadi peluang besar bagi masyarakat.
Pemimpin yang Melihat Lebih Jauh
Dalam berbagai rapat internal, ada satu ciri khas dari Irjen Nanang: ia selalu menuntut data, tetapi juga selalu mengajukan pertanyaan yang melampaui angka.
Ketika laporan mengenai banyaknya lahan tidur di Jawa Timur masuk mejanya, ia tidak berhenti pada jumlah hektarenya. Ia bertanya, “Mengapa dibiarkan kosong? Apa yang bisa kita lakukan?”
Pertanyaan sederhana itu menjadi titik mula sebuah program besar.
Di bawah kepemimpinannya, polisi tidak hanya berjaga, tetapi ikut menanam. Tidak hanya mengamankan wilayah, tetapi mengamankan masa depan pangan masyarakat.
Program penanaman jagung serentak yang ia inisiasi bukan lahir dari instruksi kaku, melainkan dari keyakinannya bahwa kepolisian memiliki posisi strategis untuk menggerakkan masyarakat.
“Polisi ada di setiap lini. Kita bukan hanya penjaga keamanan, tapi mitra masyarakat,” begitu ia pernah berkata kepada stafnya.
Dengan pola pikir itu, setiap Polres dan Polresta di Jawa Timur bergerak. Yang awalnya dianggap mustahil, menjadi gerakan kolektif yang menjangkau ribuan keluarga.
Jejak Kepemimpinan yang Terukur
Hasil dari visi itu terlihat jelas. Hingga kuartal II tahun 2025, tercatat 18.956 hektare lahan tidur kembali produktif, Estimasi panen mencapai 37.993 ton jagung, dan Desa-desa di berbagai penjuru merasakan peningkatan pendapatan
Yang menarik, ketika angka-angka ini naik, Irjen Nanang tidak buru-buru tampil di depan kamera. Ia memilih memastikan rantai kerja di lapangan berjalan stabil, memastikan petani mendapatkan pendampingan, dan memastikan program tidak berhenti sebagai kegiatan simbolik.
Di Banyuwangi, misalnya, ia turun meninjau sendiri panen dari 433 hektare lahan. Ia berbicara dengan petani, bukan hanya pejabat daerah. Baginya, keberhasilan program harus diukur dari suara lapangan—dari orang-orang yang merasakan manfaat langsung.
Inilah yang membuat program ketahanan pangan ini tidak berhenti sebagai proyek instansi, tetapi menjadi gerakan masyarakat.
Selalu Tenang, Tetapi Menggerakkan Banyak Hal
Di lingkup internal Polda Jawa Timur, Irjen Nanang dikenal tidak banyak bicara, tetapi setiap kalimatnya mengandung arahan yang jelas. Ia tipe pemimpin yang memulai langkah dengan contoh.
Ketika sejumlah pejabat sempat ragu apakah aparat kepolisian perlu ikut mengolah lahan, Nanang mengajak mereka melihat satu lokasi lahan tidur. Di sana ia berkata, “Bayangkan kalau ini menghasilkan sesuatu untuk rakyat.”
Dari cara berpikir itulah banyak anak buahnya ikut terinspirasi. Ia mematahkan batas bahwa polisi hanya bekerja di sektor keamanan. Ia menunjukkan bahwa keamanan yang kuat justru lahir dari masyarakat yang sejahtera.
Mengapa Penghargaan Itu Menemu Titik Pasnya
detikJatim Awards 2025 tidak sekadar memberi apresiasi pada tokoh populer. Ajang ini menilai kontribusi nyata, inovasi, kreativitas, dan dampak sosial dari para nomine.
Dalam proses seleksi itu, nama Irjen Nanang menonjol bukan karena jabatannya, tetapi karena konsistensi visinya: memanfaatkan kekuatan institusi untuk membangun ketahanan pangan dan menggerakkan produktivitas daerah.
Ia tidak menciptakan program untuk pencitraan; ia menciptakan program untuk manfaat jangka panjang.
Ia tidak bekerja sendirian; ia menyinergikan pemerintah daerah, masyarakat, dan polisi di lapangan.
Ia tidak sekadar memimpin; ia memberikan arah baru.
Sosok yang Menjadikan Penghargaan sebagai Momentum, Bukan Puncak
Ketika ia naik ke panggung dan menerima penghargaan, ekspresinya tetap tenang seperti biasa. Tidak ada euforia berlebihan. Baginya, penghargaan hanyalah bentuk pengakuan atas kerja kolektif banyak pihak.
Namun sorotan publik malam itu memperlihatkan sesuatu: bahwa kepemimpinan yang visioner selalu menemukan ruangnya untuk dihargai.
Program ketahanan pangan yang ia gagas menjadi bukti bahwa seorang pemimpin dapat melampaui batas peran formalnya. Dan Irjen Nanang Avianto menunjukkan bagaimana seorang Kapolda dapat menjadi akselerator kemajuan.
Bukan hanya bagi institusinya. Bukan hanya bagi daerahnya.
Tetapi bagi masyarakat yang tanah-tanahnya kini kembali hidup.(*)
| Pewarta | : Imadudin Muhammad |
| Editor | : Imadudin Muhammad |