TIMES JATIM, SITUBONDO – Ratusan nelayan di Kampung Mimbo, Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih, SItubondo, Jawa Timur, gelar ritual keagamaan membaca Qoshidah Burdah di atas laut, Sabtu malam (9/8/2025). Kegiatan ini merupakan salah satu tradisi unik turun temurun masyarakat maritim Kota Santri dalam memanjatkan doa keselamatan.
Qoshidah Burdah berlangsung cukup khusuk dan hikmad. Dipimpin oleh KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo.
Bait-bait ayat suci diiringi deburan ombak dan hembusan angin laut, menambah kesakralan acara. Kian meneguhkan munajat para nelayan kepada Allah SWT. Sekaligus menegaskan kecintaan tiada tara warga pada Nabi Muhammad SAW.
Tiap doa yang dipanjatkan dalam tradisi Qoshidah Burdah, merupakan bentuk syukur para nelayan atas limpahan rezeki sepanjang tahun. Harapan keselamatan dijauhkan dari balak dan mara bahaya selama melaut. Sekaligus doa agar senantiasa diberikan kemudahan dalam menangkap ikan serta hasil laut.
Kegiatan dihadiri langsung oleh Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, Wakil Bupati Situbondo, Ulfiyah, Ketua Tim Penggerak PKK Situbondo, Laili Husna, anggota DPRD Jatim, Zeiniyeh, jajaran OPD Situbondo, tokoh dan masyarakat nelayan setempat.
Dalam pelaksanaan Qoshidah Burdah, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo menyampaikan nasehat tentang pentingnya menjaga tradisi spiritual yang baik sebagai munajat kepada Allah SWT dan berharap perhatian (Nadrah) dari Nabi Muhammad SAW.
"Sholawat Burdah bagi masyarakat pesantren di Situbondo sudah dibaca di beberapa desa, pondok pesantren, dan beberapa tempat. Dan dikenal Burdah keliling yaitu dilakukan dengan mengitari suatu lokasi untuk pembetengan rohani," katanya.
Cucu Kiai As’ad ini juga menjabarkan, inisiasi pembacaan Qoshidah Burdah merupakan tradisi spiritual dan kearifan lokal masyarakat nelayan di Kampung Mimbo, Desa Sumberanyar, Kecamatan Banyuputih.
Dia berharap kebiasaan warisan leluhur tersebut bisa dikenalkan secara luas kepada masyarakat luas hingga diluar Situbondo.
“Semoga dengan pembacaan Qhosidah Burdah, Kabupaten Situbondo senantiasa diberi keberkahan dan menjadi daerah yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, “ tuturnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Situbondo, Ulfiyah dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelaksanaan pembacaan Qhosidah Burdah sebagai bentuk mengetuk pintu langit dan diharapkan bisa mendapat berkah dari Nabi Muhammad SAW.
"Pembacaan Qhosidah Burdah ini tidak hanya dilaksanakan pada malam ini saja, akan tetapi dijadikan rutinitas event daerah setiap tahun. Juga bisa ditularkan kepada masyarakat luas," katanya.
Di akhir sambutan Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo tersebut mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada panitia dan masyarakat yang terlibat dalam mempersiapkan acara.
Pembacaan Qhosidah Burdah di atas laut ini juga dilakukan guna menyongsong Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-80. Sekaligus Hari Jadi Kabupaten Situbondo ke-207, yang jatuh setiap tanggal 18 Oktober. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Qoshidah Burdah di Atas Laut, Tradisi Unik Nelayan Situbondo Panjatkan Doa Keselamatan
Pewarta | : Fathullah Uday |
Editor | : Deasy Mayasari |