TIMES JATIM, BANYUWANGI – Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi mencatat hampir separuh kasus HIV/AIDS di daerah ini berasal dari aktivitas prostitusi. Berdasarkan data hingga Oktober 2025, tercatat 289 kasus Orang dengan HIV (ODHIV) dan 95 kasus orang telah mengidap AIDS, dengan 95 kematian terkait penyakit ini.
Plt. Kepala Dinkes Banyuwangi, Amir Hidayat, menjelaskan, kelompok pelanggan pekerja seks menyumbang 31,1 persen dari total kasus, sedangkan Wanita Pekerja Seks (WPS) mencapai 15,1 persen. Artinya, kedua kelompok ini menyumbang 46,2 persen kasus HIV/AIDS di Banyuwangi.
Selain prostitusi, kelompok lain yang menjadi sumber penularan HIV/AIDS adalah Lelaki Suka Lelaki (LSL) 23,7 persen, pasangan risiko tinggi 16,1 persen, pasangan ODHIV 10,8 persen, waria 2,2 persen, dan pengguna narkoba 1,1 persen.
Menurut Amir, tingginya kasus HIV/AIDS dari praktik prostitusi dipicu oleh kemudahan transaksi seksual melalui media sosial, seperti Facebook dan aplikasi Michat.
“Kadang mereka lebih berani menawarkan diri melalui platform digital,” ujarnya, Senin (6/10/2025).
Tren Kasus HIV/AIDS di Banyuwangi
Dalam tiga tahun terakhir, tren kasus HIV/AIDS di Banyuwangi cukup fluktuatif. Tahun 2022 tercatat 534 kasus HIV, 222 AIDS, dan 54 kematian. Tahun 2023 mencapai puncak dengan 544 kasus HIV dan 184 AIDS, namun angka kematian menurun menjadi 14 kasus. Tahun 2024 tercatat 463 kasus HIV, 43 AIDS, dan 56 kematian.
Amir menjelaskan, penurunan kasus HIV tidak selalu diikuti penurunan kematian karena kepatuhan pasien terhadap pengobatan masih rendah.
Upaya Dinkes Banyuwangi Mengendalikan HIV/AIDS
Dinas Kesehatan Banyuwangi menerapkan tiga strategi utama yaitu Deteksi dini (tracing): Intensifikasi tes HIV/AIDS di Puskesmas, rumah sakit, klinik, dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Same-Day ART: Pasien baru langsung mendapat pengobatan Antiretroviral (ARV) pada hari yang sama saat hasil tes keluar. Kontrol dan pengobatan berkelanjutan: Memastikan pasien rutin kontrol, melakukan pemeriksaan viral load, mengobati infeksi penyerta seperti Tuberkulosis, dan melacak pasien yang putus obat agar kembali menjalani pengobatan.
Amir juga mengimbau masyarakat menerapkan prinsip ABCDE untuk mencegah penularan HIV/AIDS, yaitu Abstinence (Tidak melakukan seks berisiko), Be Faithful (Setia pada satu pasangan), Condom (Gunakan kondom), Drug No (Hindari narkoba), dan Education (Edukasi bahaya HIV/AIDS)
“Melihat tingginya kasus, edukasi ke setiap kelompok pengidap akan dimasifkan, dan upaya pengobatan diperkuat,” pungkas Amir. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |