TIMES JATIM – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengungkapkan, proses pengangkatan reruntuhan bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, hingga kini telah mencapai sekitar 40 persen.

Menurutnya, lambatnya proses bukan karena kurangnya tenaga atau alat, melainkan karena medan di lokasi yang sangat sulit dan keberadaan korban di bawah puing-puing bangunan.

“Balok-balok bangunan yang besar harus dipotong satu per satu. Banyak yang tidak mengetahui kondisi di lapangan, sehingga mengira proses evakuasi berjalan lambat. Padahal, faktanya, material bangunan sangat berat dan padat,” ujar Suharyanto di Posko Utama SAR, Sabtu (4/10/2025).

Ia menjelaskan, proses evakuasi dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri atas personel BNPB, Basarnas, TNI, Polri, Dinas PU, dan relawan sipil. Seluruhnya bekerja dengan sangat hati-hati karena di antara reruntuhan masih terdapat jenazah korban.

“Kalau di bawah reruntuhan itu tidak ada korban, tentu proses pembersihan bisa dilakukan cepat. Namun karena di situ ada jasad, kami tidak bisa bekerja serampangan,” tegasnya.

Suharyanto menambahkan, penggunaan alat berat dilakukan secara selektif untuk mencegah risiko kerusakan terhadap tubuh korban yang mungkin masih berada di bawah timbunan material.

“Kami tidak ingin ada bagian tubuh korban yang terpotong atau rusak karena alat berat. Walaupun korban sudah meninggal, kami tetap mengutamakan penghormatan dan kemanusiaan dalam setiap langkah evakuasi,” ujarnya.

Proses evakuasi terus berlanjut hingga seluruh sektor pencarian selesai dibersihkan hingga seluruh jenazah korban yang tertimbun reruntuhan bisa di evakuasi semua. Tim gabungan bekerja siang dan malam atau 24 jam.(*)