TIMES JATIM, BATU – Potensi batik khas Kota Batu menjadi pilihan wisatawan. Selain berkarakter, Batik Kota Batu dikenal indah dengan harga yang sangat terjangkau sehingga menjadi idaman pecinta berkain di Nusantara.
Bahkan putera Presiden RI ke 6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Hari Mukti Yudhoyono (AHY) menjadi salah satu pengguna batik khas Kota Batu.
AHY memilih menggunakan Batik Jumputan karya penyandang disabilitas Kota Batu yang tergabung dalam Shining Tuli, dalam setiap giat partai politik yang dipimpinnya.
Hingga kini puluhan lembar kain batik diproduksi oleh penyandang tuli yang berkantor di Kelurahan Songgokerto, Kecamatan Batu, setiap harinya.
Ada juga batik Bantengan Nuswantara yang dibuat oleh Anjani Sekar Arum, warga Kelurahan Sisir. Batik ini memiliki karakter berbeda dengan mengangkat seni khas Kota Batu, Bantengan.
Karena keindahannya, PT Astra Internasional memberikan penghargaan untuk Anjani dan mendorong kampung seni batik di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
"Batik menjadi salah satu kebanggaan Kota Wisata Batu saat ini. Karya-karya batik kota kita semakin bisa diterima oleh wisatawan," ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono.
Imam mengatakan trend kenaikan permintaan batik oleh wisatawan ini terlihat cukup menggembirakan, hal ini ditangkap oleh toko oleh-oleh dengan membuat gerai khusus batik.
Perkembangan karya batik pun semakin bagus dengan membuat karakter khas kota wisata. Seperti batik Jumputan diproduksi di Jalan Teratai Gang II, Kelurahan Songgokerto.
Batik ini diproduksi oleh Khoirul Rizqy dan kawan-kawannya sesama penyandang tuli. Jenis batik yang diangkat ke masyarakat berupa batik ciprat dan jumputan.
Memang secara proses pembuatan sedikit lebih mudah, lantaran tidak membutuhkan waktu pengerjaan yang lama.
“Batik ciprat ini ya motif dasarnya berupa cipratan cat kain. Setelah itu, kita kombinasikan dengan motif alam seperti bunga dan juga yang lainnya. Motifnya tidak teratur, memang abstrak temanya,” kata Rizqy.
Selain motif bunga, Rizqy juga tak lupa dengan ciri khas Kota Asalnya saat ini. Sebagai tambahan, dia juga memasukkan motif Apel dan juga kesenian Bantengan dalam batik jumputannya itu.
Jumputan sendiri merupakan teknik membatik dengan cara mengikat kencang beberapa bagian kain untuk membuat pola dan motif yang diinginkan, kemudian dicelupkan pada pewarna pakaian.
Harga perlembar kain bervariasi namun sangat terjangkau berkisar Rp 130 ribu.
Lain halnya dengan Anjani, ia merintis usaha batik bermotif kesenian khas Kota Batu Bantengan. Entah apa disebabkan karena ayah Anjani, Agus Tobron, Pengiat Seni Bantengan atau karena sebab lain, Anjani memilih Bantengan sebagai motif batiknya.
Lulusan S1 pendidikan seni rupa, jurusan seni dan desain, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang ini belajar ilmu batik di Jogja.
Goresan batik buatannya, adalah goreng canting dari tangannya sendiri. Ia pun membuat motif khas yakni bantengan. Kini Anjani sudah mengembangkan sayap usahanya dengan membuat kampung batik di Desa/Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. (*)
Pewarta | : Muhammad Dhani Rahman |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |