TIMES JATIM, JOMBANG – Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Jombang, KH. Salmanuddin Yazid, yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Salman, dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak ingin dipanggil ‘Kiai’ saat menjalankan tugas sebagai pejabat publik. 

Keputusan ini diambil agar ia dapat lebih dekat dan bersahabat dengan masyarakat, tanpa terkesan berjarak karena gelar keagamaan yang selama ini melekat padanya.

Seperti yang diketahui Gus Salman merupakan sosok yang dikenal sebagai kiai karismatik. Ia pernah menjabat sebagai Ketua PCNU Jombang dan aktif sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Kalibening, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.

Salmanuddin Yazid atau Gus Salman Wakil Bupati Jombang saat mengaji kitab kuning pada bulan Ramadan di Pesantrennya Babussalam Kalibening, Mojoagung, Jombang. (FOTO: Dok. Salmanuddin Yazid)

Gus Salman, mengungkapkan bahwa gelar ‘Kiai’ tidak lagi relevan ketika ia menjalankan tugas pemerintahan. Menurutnya, panggilan kiai akan membatas jaraknya dengan masyarakat.

"Saya memilih untuk dipanggil Salman saat berada di lingkungan pemerintahan. Hal ini saya lakukan agar masyarakat merasa lebih dekat dan tidak ada kesan hierarki yang berlebihan terhadap saya," kata Gus Salman, Senin (3/3/2025).

Keberanian Gus Salman dalam menolak penggunaan gelar ‘Kiai’  juga sejalan dengan semangat reformasi birokrasi yang mengedepankan transparansi dan keterbukaan dalam pelayanan publik. Hal ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah Jombang.

Dengan langkah ini, Alumnus Pesantren Madrasatul Quran Tebuireng ini, tidak hanya mempertahankan nilai-nilai keislaman yang telah dikenal luas, tetapi juga menunjukkan komitmennya dalam mendekatkan diri kepada rakyat. 

"Saya tetap mengamalkan ajaran Islam dengan penuh keikhlasan, namun dalam konteks pemerintahan, saya ingin mengutamakan komunikasi yang langsung dan terbuka dengan masyarakat," pungkasnya. (*)