TIMES JATIM, BLITAR – Mahasiswa dari program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Unair Surabaya melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) dari mata kuliah Folklor. Sebuah mata kuliah yang mempelajari soal tradisi dalam kebudayaan tertentu, seperti legenda, sejarah lisan, musik, maupun dongeng.
PKL kali ini digelar di Desa Kemloko Kab Blitar, Jatim. Mahasiswa FIB menjelaskan makna Al Quran surat An Anbiya di Masjid Baitul Muttawin Desa Kemloko, Jumat (29/11/2019). Sebelumnya warga yang hari secara bergantian membaca surat An Anbiya.
Malam hari itu, selain dihadiri oleh 23 mahasiswa yang memprogram mata kuliah Folklor, acara juga dihadiri oleh para dosen, perangkat desa, dan para karang taruna. Selain itu, hadir pula Dr. Junaidi Kasdan, dosen tamu dari Universy Kebangsaan Malaysia (UKM) yang juga merupakan alumnus Sastra Indonesia UNAIR.
Membaca serat Anbiya adalah salah satu dari tradisi masyarakat di Desa Kemloko. Pembacaan Serat Anbiya biasa lilakukan saat kelahiran bayi hingga hari ke tujuh. Melalui pembacaan serat yang mengisahkan cerita 25 nabi itu, harapannya, anak tumbuh menjadi poribadi yang saleh/salihah, berbakti, dan tentu saja bermanfaat.
Dra. Dwi Handayani, M.Hum Ketua Departemen Sastra Indonesia mengatakan, PKL ini menjadi kuliah lapangan rutin yang dilakukan setiap semester. Kali ini, selama dua hari, mahasiswa diajak untuk mengenal dan belajar tentang tradisi yang dimiliki Desa Kemloko. Seperti melakukan study tour ke Candi Penataran, menyaksikan macapatan serat Anbiya, melihat proses kreatif pembuatan barongan dan wayang dari maestro kontemporer, serta proses pembuatan kendang.
Junaidi, dosen tamu dari University Kebangsaan Malaysia, mengaku senang bisa kembali ke UNAIR, almamaternya. Setelah mendengar dan menyaksikan pembacaan serat Anbiya dari warga, ia ingin mengajak mahasiswanya di Malaysia untuk datang berkunjung.
“Beberapa tradisi Malaysia dan Indonesia sebetulnya tak jauh berbeda. Di sana juga ada (pembacaan Anbiya, Red) hanya saja beda cara. Saya jadi ingin mengajak mahasiswa saya ke sini,” ujar Junaidi.
Kepada desa Kemloko, Mohammad Dhofir, mengucapkan terima kasih kepada Sastra Indonesia Unair karena sudah sekian lama menjadikan Desa Kemloko sebagai desa binaan. Ia berharap, kerja sama ini akan terus berlangsung ke depan.
Selain melakukan study tour ke Candi Penataran dan belajar tentang tradisi pembacaan serat Anbiya, pada Sabtu (29/11/2019) mahasiswa berkunjung ke tempat produksi wayang kulit dan industri kendang Jimbe.
Sementara itu, Awali Tufiqi mahasiswa Sastra Indonesia yang duduk di semester lima mengaku belajar banyak hal dari PKL kali ini.
“Dua hari ini kami belajar banyak kebudayaan lisan dan tradisi dari masyarakat desa Kemloko. Walaupun waktu terbatas, kami semua menikmati PKL Folklor FIB Unair Surabaya dan belajar banyak dari masyarakat Kemloko. Tugas kami untuk kemudian merawat dan mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di penjuru Indonesia,” ungkap Awali.(*)
Pewarta | : |
Editor | : AJP-5 Editor Team |