TIMES JATIM, SURABAYA – Surabaya dinobatkan sebagai episentrum diskusi penjaminan mutu pendidikan tinggi global setelah Universitas Ciputra (UC) Surabaya dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan akbar TrainIQA Workshop 3 dan ASEAN-QA Forum 2025.

Forum bergengsi ini secara strategis memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan standar mutu pendidikan di kawasan ASEAN dan Eropa.

Acara yang berlangsung selama lima hari ini menghadirkan 80 delegasi dari sembilan negara yakni Indonesia, Jerman, Laos, Thailand, Filipina, Myanmar, Timor Leste, Kamboja, dan Vietnam. Kehadiran delegasi ini didukung penuh oleh lembaga-lembaga pendidikan internasional terkemuka, termasuk DAAD Jerman (lembaga pendanaan pendidikan terbesar di dunia), HRK (German Rectors’ Conference), EUA (European University Association) yang menaungi 850+ universitas Eropa, serta badan resmi pendidikan tinggi Asia Tenggara, SEAMEO RIHED.

Tahun ini, ASEAN-QA Forum mengangkat isu krusial yang mendesak di seluruh dunia, “Opportunities and Challenges in Higher Education Quality Assurance in the Era of AI” (Peluang dan Tantangan dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Era AI).

Frank Niedermeier, TrainIQA Project Leader dari Potsdam University, Jerman, menjelaskan bahwa forum ini melibatkan trainer penjaminan mutu dari Jerman dan perwakilan terpilih negara-negara ASEAN.

"Isu AI menjadi sorotan utama karena dampaknya yang tak terhindarkan dalam proses pembelajaran, akreditasi, hingga integritas akademik," ungkapnya, Rabu (3/12/2025).

Organisasi global seperti UNESCO dan OECD, lanjutnya, telah menyoroti bahwa AI memaksa sistem pendidikan untuk memikirkan kembali keterampilan manusia dan kerangka penjaminan mutu.

Sementara itu, Rektor UC, Prof. Wirawan menyambut para delegasi dan menghadirkan pakar AI ternama, Dr. Trianggoro Wiradinata, Director of Apple Developer Academy yang juga menjabat Vice Rector UC.

Sesi panel turut diramaikan pakar QA internasional, termasuk Frank Niedermeier, Prof. Dr. Duu Sheng Ong (Multimedia University, Malaysia), dan Prof. Dr. Philipp Pohlenz (University of Magdeburg, Jerman).

"Penyelenggaraan forum ini dinilai sebagai momentum strategis. TrainIQA sendiri merupakan program unggulan DAAD yang sejak 2011 telah melatih lebih dari 200 pimpinan QA dari 70 universitas ASEAN, yang kini banyak memegang peran kunci dalam kebijakan nasional," terang Prof. Wirawan.

Dalam kesempatan yang sama, Lenny Rosita, Head of Institutional Development & Quality Enhancement UC, yang merupakan trainer TrainIQA pertama dari Indonesia, sekaligus menjabat Secretary of Executive Committtee ASEAN-QA Association, menekankan makna penting kepercayaan dari DAAD ini.

“Dipercaya menjadi host oleh lembaga internasional merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki kapasitas untuk menjembatani dialog global mengenai mutu pendidikan tinggi,” ujar Lenny.

Ia menambahkan bahwa kolaborasi ini adalah ruang nyata untuk sharing best practice dan implementasi peluang kerja sama pendidikan ASEAN dan Eropa.

“AI membuka peluang besar dalam efisiensi pembelajaran dan analisis mutu, tetapi juga menghadirkan risiko terhadap integritas akademik dan kualitas asesmen. Melalui forum ini, kami bersama para pakar internasional merumuskan kerangka yang etis, bertanggung jawab, dan berpusat pada capaian pembelajaran mahasiswa,” imbuhnya.

Lebih lanjut, UC tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi berkomitmen memastikan suara dan kepentingan Indonesia hadir dalam pembahasan standar QA global.

"Keterlibatan UC di forum ini merupakan komitmen jangka panjang kami untuk membangun budaya mutu yang berkelas internasional,” pungkas Lenny. (*)