TIMES JATIM, BONDOWOSO – Di tengah kemajuan teknologi komunikasi, banyak anak-anak atau siswa sudah mulai melupakan kearifan lokal. Oleh karena itu, MI At-Taqwa Bondowoso mengenalkan berbagai masakan dan permainan tradisional bagi siswa.
Pengenalan berbagai kearifan lokal tersebut, seolah-olah para siswa hidup pada zaman dahulu, yaitu sekitar tahun 90-an sebelum ada gadget.
Adapun lokasi kegiatan sendiri berada di GOR Pelita Bondowoso. Sebanyak ratusan ratusan siswa MI At-Taqwa Bondowoso mengikuti kegiatan tersebut.
Siswa dikenakan berbagai mainan tradisional, mulai dari permainan kelereng, permainan engklek, bola bekel, bakiak, lompat tali, egrang batok dan berbagai jeni permainan lainnya.
Adapun permainan tradisional yang dikenalkan diantaranya kue putu, dawet, es gabus, lupis, kue putu, emblem, gethuk dan berbagai makanan lainnya.
Tidak hanya diajak bermain, para siswa diberikan penjelasan tentang macam-macam permainan tradisional dan makanan khas Nusantara tersebut.
Salah satu wali kelas, Yulia mengatakan, di tengah era 4.0 seperti sekarang. Maka permainan tradisional tidak boleh dilupakan.
Sebab melalui permainan itu, secara motorik, afektif dan kognitif anak-anak Indonesia bisa tumbuh dengan baik. Menurutnya, para siswa yang saat ini lebih sering mengenal gadget. Maka pihaknya mencoba untuk kenalkan dengan mainan yang lebih menarik. "Daripada hanya di depan layar gadget terus," imbuh dia.
Para siswa juga diajak untuk mengenal jajanan tradisional yang mungkin belum pernah mereka cicipi.
"Karena yang sering dimakan saat ini adalah makanan import. Seperti burger, kebab, spaghetti, sosis dan sejenisnya," jelas dia.
Sebagian siswa juga ada yang berpakaian baju adat daerah, agar mereka tahu bahwa Indonesia kaya akan keragaman budaya.
"Sebagaimana yang sudah mereka pelajari pada tema diriku di dalam kelas," jelas dia.
Di tempat yang sama, Kepala MIA Bondowoso, Ustad Zakariya dalam sambutannya mendukung penuh acara di kampung dolanan ini.
"Kegiatan ini juga tak pernah terlepas dari pembacaan sholawat saat pembukaan sebagaimana kultur MI At-Taqwa Bondowoso," kata dia. (*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |