TIMES JATIM, MATARAM – Beberapa tahun belakangan ini, Spotify, Soundcloud, dan bahkan YouTube tidak lagi hanya dikenal sebagai platform video dan musik semata. Aplikasi hiburan tersebut kini ikut menjadi media para podcaster untuk meramaikan industri hiburan. Podcast yang dalam bahasa Indonesia disebut siniar, adalah sebuah produk digital berbentuk audio yang berisi informasi, obrolan ringan dan opini yang dikemas dalam format seperti talkshow atau bincang-bincang maupun tanya jawab dengan narasumber.
Tidak disangka, konten yang awalnya berkonsep tanpa visual ini justru menjadi candu bagi para penikmat hiburan tanah air.
Tema yang diangkat oleh para pelaku siniar pun tak jauh dari dinamika kehidupan sehari - hari, seperti pentingnya berasuransi dan investasi, cara mengendalikan emosi bahkan sampai konten komedi. Berbeda dengan radio yang cenderung memperhatikan susunan acara dan bahasa, siniar justru menyajikan informasi layaknya obrolan di warung kopi. Obrolan tersebut bersifat santai dan nyaris tidak terstruktur namun berbobot serta mudah diterima oleh para pendengar.
Siniar biasanya memiliki beberapa episode dan pada dasarnya merupakan layanan sesuai permintaan (on demand), sehingga dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun. Hal ini juga yang menjadi pembeda dari radio yang secara umum adalah siaran langsung. Penyiaran atas permintaan pribadi (personal on demand broadcast) inilah yang menjadi cikal bakal istilah podcast.
Menjadi lifestyle bagi kaum urban, peran siniar tak hanya menjadi sarana informasi namun juga menjadi media pemasaran yang cukup efektif. Beberapa pelaku siniar yang mempunyai follower atau subscriber dalam jumlah banyak tak jarang mendapat endorsement dari sebuah brand. Dengan demikian, pelaku siniar ini dengan mudah membangun keterikatan emosi kepada para pendengarnya, membentuk imajinasi lewat cerita yang sebenarnya adalah suatu bentuk soft selling terhadap produk yang ditawarkan. Disrupsi komunikasi inilah yang sangat dimanfaatkan oleh para pemasar yang dengan jeli memanfaatkan situasi revolusi industri 4.0.
Namun, kurang tepat bila sebuah brand terlalu berharap jika dengan menyelipkan produk pada sebuah konten siniar maka dalam hitungan jam atau hari, jumlah penjualan akan meningkat. Karena tujuan utama dari strategi komunikasi pemasaran ini adalah untuk membangun brand awareness. Kesadaran akan merek (brand awareness) adalah kemampuan konsumen untuk mengenali suatu produk (barang dan jasa) baik dari nama, warna, bentuk, slogan maupun logo. Dalam hal ini, siniar memiliki peran untuk membentuk perilaku para pendengar mulai dari mengigat produk tersebut hingga tahap pengambilan keputusan saat membeli produk.
Lantas mengapa siniar dianggap sebagai strategi pemasaran yang optimal?
Alasannya cukup sederhana yaitu karena setiap siniar mempunyai citra yang dianggap mampu mewakili suatu produk, selain itu konten yang dibuat akan disesuaikan dengan data demografi pendengar seperti usia, lokasi, serta latar belakang pendengar. Strategi pemasaran seperti flyer, iklan baris, serta baliho tampaknya mulai berangsur ditinggalkan. Selain dikarenakan high budget, alasan lainnya adalah karena kurang tepat sasaran dan sulit dilakukan analisa dibandin dengan media pemasaran digital.
Jumlah penikmat siniar kini dapat dikatakan sebanyak televisi maupun radio, namun siniar dirasa lebih efektif karena pengunanya yang rata-rata berusia muda yang cukup konsumtif dan cenderung mudah untuk dipengaruhi. Apalagi dengan melibatkan tokoh ahli seperti dokter, praktisi, dosen, maupun tokoh inspiratif tentu kepercayaan terhadap produk yang ditawarkan menjadi sangat baik.
Untuk meninjau seberapa besar respon pasar, beberapa siniar menawarkan segmen giveaway atau call to action (CTA). Siniar akan mengarahkan dengan jelas bagaimana para pendengar dapat memberikan umpan balik berupa surel, survei maupun komentar pada halaman media sosial. Cara ini akan mempermudah perusahaan mengetahui seberapa antusias respon pasar terhadap produk tersebut.
Kesimpulannya, peran siniar yang mendisrupsi strategi komunikasi pemasaran suatu produk dinilai cukup efektif dan tepat sasaran. Berbekal data analitik serta cara pengenalan produk yang menarik, tentu tujuan utama suatu perusahaan dapat tercapai. Namun, tentu perlu diperhatikan pula profil dari siniar tersebut agar tidak menjadi bumerang bagi sebuah perusahaan.
***
*) Oleh: Antonius Satria Hadi, S.E., M.Sc.; Mahasiswa Ph.D. University of Kuala Lumpur; Dosen Program Studi Kewirausahaan, Universitas Widya Mataram.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |