https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Merajut Kembali Kearifan Lokal untuk Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Senin, 14 Oktober 2024 - 00:35
Merajut Kembali Kearifan Lokal untuk Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Hidup Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.

TIMES JATIM, PADANG – Di tengah maraknya perubahan iklim dan degradasi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, dunia mencari solusi inovatif untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Namun, solusi tersebut sering kali hanya fokus pada teknologi modern dan pendekatan ilmiah, mengabaikan potensi besar dari kearifan lokal yang telah lama ada di masyarakat. 

Kearifan lokal, sebagai warisan turun-temurun yang telah teruji oleh waktu, menawarkan pandangan dan pendekatan holistik dalam menjaga keseimbangan alam, sekaligus menjaga harmoni antara manusia dan lingkungan.

Kearifan lokal adalah hasil dari hubungan jangka panjang antara manusia dengan lingkungan di sekitarnya. Nilai-nilai ini lahir dari pengalaman generasi demi generasi yang hidup berdampingan dengan alam, memahami perilaku alam, dan menyesuaikan cara hidup mereka agar selaras dengan ekosistem. Tradisi-tradisi ini, yang sering kali dianggap kuno atau ketinggalan zaman, sebenarnya mengandung prinsip-prinsip penting tentang keberlanjutan.

Misalnya, banyak komunitas adat di Indonesia memiliki cara khusus dalam mengelola hutan dan sumber daya alam lainnya. Sistem "hutan larangan" yang diterapkan di banyak daerah Sumatra dan Kalimantan adalah salah satu contoh nyata. 

Masyarakat adat memiliki aturan tegas untuk melindungi kawasan tertentu dari eksploitasi, dengan tujuan menjaga keseimbangan ekosistem lokal. Di Pulau Bali, konsep Tri Hita Karana, yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan spiritualitas, telah lama menjadi panduan dalam pengelolaan tanah dan air.

Namun, seiring perkembangan zaman dan globalisasi, kearifan lokal sering kali terpinggirkan oleh modernitas. Banyak generasi muda yang mulai kehilangan kontak dengan warisan leluhur ini, dan cara-cara tradisional dianggap tidak relevan di era teknologi.

Kearifan Lokal dan Tantangan Masa Kini

Di tengah krisis lingkungan yang semakin parah, kearifan lokal menawarkan solusi yang sangat relevan. Banyak dari praktik-praktik tradisional ini telah terbukti mampu menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, bahkan tanpa menggunakan teknologi canggih. 

Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi-seperti polusi, deforestasi, dan pencemaran air-mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam strategi pengelolaan lingkungan dapat memberikan pendekatan yang lebih manusiawi dan berbasis komunitas.

Sebagai contoh, sistem pertanian subak di Bali, yang berdasarkan pada prinsip kerjasama dan manajemen air secara kolektif, telah berlangsung selama ratusan tahun dan memungkinkan penggunaan air yang efisien dalam mendukung produksi pangan. Konsep ini tidak hanya menyentuh aspek lingkungan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar anggota masyarakat.

Langkah pertama yang paling krusial untuk merajut kembali kearifan lokal adalah dengan mengakui bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya memiliki peran penting, tidak hanya dalam aspek budaya, tetapi juga dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. 

Pengakuan ini berarti kita harus melihat kearifan lokal bukan sebagai sesuatu yang kuno atau usang, melainkan sebagai sumber pengetahuan yang relevan dan berharga. Nilai-nilai tersebut lahir dari pengalaman panjang hidup berdampingan dengan alam, dan telah terbukti mampu menjaga keseimbangan ekosistem secara alami.

Pemerintah dan organisasi terkait memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan ruang yang memadai bagi komunitas adat agar mereka dapat terus mempraktekkan dan melestarikan tradisi mereka. Ini bukan sekadar masalah mempertahankan kebudayaan, melainkan juga cara untuk memastikan bahwa pendekatan pengelolaan lingkungan yang berbasis kearifan lokal dapat terus berjalan dan memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang. 

Komunitas adat sering kali memiliki cara unik untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan alam, dan pengalaman ini dapat menjadi contoh bagi pengelolaan sumber daya alam yang lebih berkelanjutan.

Salah satu cara konkrit untuk mewujudkan hal ini adalah dengan melibatkan komunitas lokal dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam. Terlalu sering keputusan dibuat tanpa memperhitungkan pengetahuan lokal, yang pada akhirnya merugikan baik masyarakat adat maupun lingkungan itu sendiri. 

Dengan melibatkan mereka dalam proses ini, pemerintah dan pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa kebijakan yang dibuat lebih relevan dengan kondisi setempat, serta memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab komunitas terhadap lingkungannya.

Selain itu, perlindungan hukum yang kuat terhadap hak-hak masyarakat adat sangat diperlukan. Hak untuk mempertahankan wilayah adat, praktik-praktik tradisional, serta akses terhadap sumber daya alam harus diakui dan dijamin oleh hukum. 

Dengan perlindungan hukum yang memadai, komunitas adat memiliki legitimasi untuk terus melestarikan cara hidup mereka yang selaras dengan alam tanpa takut terancam oleh tekanan eksternal, seperti deforestasi, eksploitasi tambang, atau proyek pembangunan yang merusak lingkungan.

Pengakuan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, dan perlindungan hukum ini adalah fondasi penting yang harus dibangun agar kearifan lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan terus memberikan kontribusi signifikan bagi pengelolaan lingkungan hidup. 

Penting untuk memastikan bahwa generasi muda tidak kehilangan kontak dengan warisan lokal mereka. Pengintegrasian kearifan lokal ke dalam kurikulum pendidikan bisa menjadi salah satu solusi. Dengan demikian, anak-anak dan remaja bisa memahami dan menghargai pentingnya praktik-praktik tradisional dalam menjaga lingkungan.

Selain itu, inovasi juga bisa dikombinasikan dengan kearifan lokal. Misalnya, teknologi modern dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi metode tradisional tanpa menghilangkan esensi kearifan lokal itu sendiri. Salah satu contohnya adalah pengembangan sistem energi terbarukan berbasis komunitas yang menggunakan prinsip tradisional dalam mengelola sumber daya lokal secara berkelanjutan.

Di tengah tekanan modernitas dan tantangan lingkungan global, merajut kembali kearifan lokal adalah langkah strategis dan penting untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan menghargai dan memadukan nilai-nilai tradisional dengan pendekatan modern, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menemukan cara yang lebih holistik dan efektif dalam mengelola lingkungan. Kearifan lokal bukanlah masa lalu yang harus dilupakan, melainkan kunci masa depan yang berkelanjutan.

***

*) Oleh : Rahmi Awallina, S.TP., MP., Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.