https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Nahdlatul Ulama Menuju Kebangkitan Baru

Minggu, 05 Februari 2023 - 17:10
Nahdlatul Ulama Menuju Kebangkitan Baru Penulis adalah Lia Istifhama, Aktivis Perempuan, Ketua III STAI Taruna Surabaya.

TIMES JATIM, JAKARTA – Lahir pada atau sekitar 31 Januari 1926, 16 Rajab 1344 H, Nahdlatul Ulama (NU), ormas terbesar di Indonesia menurut penanggalan Qomariyah atau Hijriah, akan berusia 100 tahun tepat pada 7 Februari 2023 Masehi. (16 Rajab). 1444H). Kegiatan akbar 1 Abad NU ramai mengisi berbagai platform media sosial.

Antusiasme yang besar menunjukkan besarnya kekuatan kecintaan terhadap ormas, yang merupakan basis penting untuk memperoleh kemerdekaan di negeri ini. Dan penting bagi kita untuk mendalami NU dengan makna pentingnya sebagai ruh kebangsaan sejalan dengan tema besar Perayaan Maulid (Harlah) Abad I NU, yang bertujuan memberdayakan Nahdlatul Ulama untuk menyongsong abad kedua menuju kebangkitan baru. .

Nama Nahdlatul awalnya merupakan bagian dari nama sekolah nasional Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Bangsa) yang didirikan pada tahun 1916 oleh KH Wahab Hasbullah. Sekolah ini berlokasi di Markas Gg VI/22 Surabaya, dekat dengan kantor PCNU saat ini di Surabaya.

Sekolah itu kemudian juga menjadi kantor PBNU sebelum kemudian menjadi sekolah lain bernama SD Halimah pada 22 April 1974. Nahdlatul Wathan juga memiliki kursus pelatihan khusus pemuda bernama Jam'iyah Nashih yang rencananya akan memberdayakan pemuda untuk menyebarkan sekolah tersebut. untuk mengajarkan kewarganegaraan.

Semboyan nasionalisme ini adalah keyakinan Hubbul Wathan minal bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Juga aturannya:
'isy kariman auw mut shahidan bahwa kaum muda memiliki pilihan untuk hidup mulia atau mati syahid. Sekolah itu kemudian berkembang pesat, menjadi cikal bakal sekolah yang mengajarkan agama dan cikal bakal sekolah yang memantapkan semangat kebangsaan ketika Indonesia dalam cengkeraman penjajah.

"Pendidikan menekan pemuda yang menyelamatkan bangsa." Frasa ini jelas menjadi makna pertempuran saat itu. Melalui semangat ilmu dan cinta tanah air, Nahdlatul Wathan juga menjadi landasan penting bagaimana para pemuda masa itu bersatu dan berani menyusun strategi untuk mencapai kemerdekaan bangsa.

Dan kehebatan memunculkan strategi inilah yang kemudian berujung pada peristiwa penting, yaitu pelaksanaan percakapan yang berlangsung di apartemen KH. Abdul Wahab Chasbullah, Desa Kertopaten, Surabaya, Selasa 16 Rajab 1344 H atau kurang lebih bersamaan dengan tanggal 31 Januari 1926 Masehi. Berdasarkan buku “KH. Abdul Wahab Chasbullah:

Hidup dan Perjuangannya' oleh Choirul Anam) dan perkembangan Choirul Anam NU, para imam yang ikut dalam pertemuan Kertopaten Surabaya adalah KH Hasyim Asy'ari Tebuireng (Jombang, Jawa Timur), KH Abdul Wahab Chasbullah (Tambakberas, Jombang, Jawa Timur), KH Bishri Syansuri (Jombang, Jawa Timur), KH Asnawi (Kudus, Jawa Tengah) KH Nawawi (Pasuruan, Jawa Timur) KH Ridwan (Semarang, Jawa Tengah) KH Maksum (Lasem, Jawa Tengah) KH Nahrawi (Malang, Jawa Tengah) H. Ndoro Munthaha ( menantu KH Khalil) (Bangkalan, Madura), KH Abdul Hamid Faqih (Sedayu, Gresik, Jawa Timur) KH Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon, Jawa Barat) KH Ridwan Abdullah (Jawa Timur), KH Mas Alwi (Jawa Timur ) ). ) ) dan KH Abdullah Ubaid (Surabaya, Jawa Timur), Syekh Ahmad Ghana'im Al Misri (Mesir) dan beberapa ulama lain yang namanya tidak tercatat.

Rapat yang disebut Komite Hijaz itu diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah dan K.H. Hasyim Asy’ari. Komisi Hijaz memprakarsai pendirian NU sebagai jawaban atas berbagai isu agama, penguatan pesantren, dan kepedulian kebangsaan dan sosial. Komite Hijaz pada dasarnya dibentuk untuk melestarikan Islam tradisional di Indonesia. Selain itu, panitia ini juga bertugas mempersiapkan pengiriman delegasi ke konferensi Islam di Mekkah yang diprakarsai oleh Ibnu Saud, penguasa baru Hijaz.

Pada hari yang bersejarah tersebut, berdirilah Jam'iyah Diniyah Islamiyah Nahdlatul Ulama atau yang kita kenal sekarang dengan Nahdlatul Ulama (NU). Setelah Jam'iyah yang dibutuhkan terbentuk, agenda selanjutnya adalah membahas utusan yang akan dikirim menemui Raja Ibnu Sa'ud dan diputuskan utusan yang akan dikirim adalah KH. Raden Asnawi dari Kudus, Jawa Tengah. Setelah itu, materi dirumuskan untuk disampaikan kepada Raja Ibnu Sa'ud (Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al Saud), yaitu Indonesia.

Jika pemuda Indonesia saat ini bisa mencontoh semangat juang NU yang menguatkan bangsa untuk kebangkitan baru, maka sangat mungkin melahirkan pemimpin-pemimpin besar dari bangsa ini. Sebagaimana pemuda adalah “pemimpin harapan bangsa”, pemuda masa kini adalah pemimpin masa depan sesuai prinsip Syubbanul Yaum Rijalul Ghod. Kepada seluruh anak muda, berakhlak mulia dan siap membangun karya apapun untuk bangsa ini.

 

* Oleh: Penulis adalah  Lia Istifhama, Aktivis Perempuan, Ketua III STAI Taruna Surabaya..

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta :
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.