https://jatim.times.co.id/
Kopi TIMES

Pertamina Vs Pertamini: Potret Keserakahan

Minggu, 02 Maret 2025 - 15:38
Pertamina Vs Pertamini: Potret Keserakahan Mohamad Sinal. Penulis adalah Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.

TIMES JATIM, MALANG – Di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini, ironi sering kali terjadi. Kekayaan alam melimpah, namun kesejahteraan rakyat tak kunjung nyata. Ketika api lilin perjuangan rakyat kecil masih menyala, obor keserakahan para petinggi Pertamina justru merajalela.

Jika pengusaha Pertamini (rakyat kecil) bisa berdiri tegak dalam kejujuran, mengapa pejabat Pertamina justru tenggelam dalam kubangan ketamakan? Jika rakyat kecil bisa tetap setia mencari nafkah dengan cara yang benar, mengapa mereka yang berpendidikan tinggi dan memiliki sejumlah fasilitas memilih jalan yang salah?

Negeri ini tidak kekurangan orang jujur, hanya saja mereka tak diberi tempat untuk bersuara. Negeri ini tidak kekurangan orang baik, hanya saja mereka tertutupi oleh bayang-bayang kejahatan dan cara-cara licik.

Namun satu hal yang pasti, sejarah akan mencatat semuanya. Pada saatnya tiba, rakyat yang selama ini diam akan berbicara. Sebab keadilan, hanya bisa dihalang-halangi, namun tak akan pernah mati.

Jalan Berliku Para Pengusaha Pertamini

Kasus korupsi yang merajalela di tubuh Pertamina, mencoreng wajah negeri ini dengan noda hitam yang akan diingat selamanya. Perusahaan minyak negara yang seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian bangsa, ibarat dihuni kawanan singa yang tega menerkam tuannya. Kontras dengan megahnya gedung pencakar langit yang dihuninya.

Ada ratusan ribu rakyat kecil yang mengais rezeki dengan berjualan bahan bakar eceran di pinggir jalan. Mereka berdiri di bawah terik matahari, menjajakannya dengan laba yang tak seberapa.  Namun, mereka melakukannya dengan kejujuran dan ketulusan.

Melihat kasus yang terjadi di Pertamina, sebuah ironi yang menyayat hati. Mereka, yang duduk di singgasana kekuasaan, berlindung di balik jas mahal dan ruangan ber-AC, justru mengeruk ratusan triliun rupiah dari keringat rakyat.

Padahal rakyat kecil bukanlah mereka yang diberi kemudahan oleh negara. Mereka berjuang sendiri, mencari modal dari tabungan seadanya. Bahkan, tidak jarang menggunakan dana pinjaman dengan bunga yang relatif tinggi.

Namun dalam setiap tetes bahan bakar yang mereka takar, ada harapan yang digantungkan dengan cara-cara yang benar. Berbeda dengan mereka yang berdasi, yang piawai dalam memanipulasi. Mulai dari angka, mengatur tender, dan mengalirkan uang ke rekening-rekening luar negeri.

Para pengusaha Pertamini, meski kecil dan sederhana, masih memegang teguh nilai-nilai kejujuran. Nilai-nilai yang sudah lama hilang di meja-meja perundingan para elite negeri ini. Sudah lama tertutupi oleh keserakahan dan kepentingan pribadi.

Integritas yang Terbalik

Para petinggi Pertamina, yang seharusnya mengelola sumber daya negara dengan tanggung jawab, justru menjadikannya sebagai alat memperkaya diri. Jika dibandingkan dengan pengusaha Pertamini, tak ubahnya seperti langit dan bumi. Terlihat dengan jelas, siapa yang lebih memiliki integritas.

Pertamini tidak memiliki kantor megah atau fasilitas mewah, namun mereka tetap berdiri tegak dalam kejujuran. Sementara itu, di dalam gedung mewah Pertamina, keserakahan menggerogoti negeri dengan penuh kecurangan. Mereka seakan-akan tidak mempunyai hati dan perasaan.

Negeri ini seolah-seolah hanya tempat berpesta pora. Hukum mereka permainkan, dengan sejumlah kedudukan atau jabatan. Setelah berhasil mencuri uang rakyat, hanya menjadi headline berita sesaat. Setalah itu, lalu menghilang entah ke mana.

Adakah keadilan bagi mereka yang berusaha dengan jujur? Adakah tempat bagi kejujuran di negeri yang telah dikuasai oleh ketamakan? Ataukah seperti ungkapan “Ubur-ubur ikan lele. Tidak ada tempat,  bagi yang jujur,  Le.”

Menata Ulang Negeri

Korupsi di Pertamina bukan sekadar kejahatan finansial, melainkan pengkhianatan terhadap rakyat. Setiap rupiah yang dicuri, adalah hak rakyat yang dirampas. Uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat, namun masuk ke kantong segelintir orang yang rakus.

Mereka yang bersembunyi di balik jabatan tinggi, melupakan sumpah dan tanggung jawab mereka terhadap negeri ini. Sementara nasib rakyat jelata, setiap hari menghirup bau asap di pinggir jalan demi menghidupi keluarganya.  Mereka tidak meminta banyak, hanya ingin berjualan dengan tenang, tanpa intimidasi dan gangguan.

Tapi kenyataan sering berkata lain. Mereka terus-menerus dicurigai, dipersulit, bahkan dirampas haknya oleh tangan-tangan yang lebih kuat. Seperti luka yang terus terbuka, perih dan menyakitkan.

Apakah negeri ini terus dibiarkan menjadi surga bagi para koruptor? Apakah rakyat kecil terus hidup dalam tekanan, sementara mereka yang berkuasa dengan leluasa melakukan penjarahan? Negeri ini butuh perubahan, butuh keberanian untuk menegakkan keadilan. Bukan hanya keadilan di atas kertas, tetapi keadilan yang benar-benar dirasakan oleh rakyat. (*)

 

* Oleh: Mohamad Sinal Penulis adalah Corporate Legal Consultant, ahli bahasa hukum, founder Pena Hukum Nusantara (PHN), dan dosen Polinema.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : XX
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.